Virus Corona akan Makin Tidak Terkontrol di 24 Negara Bagian Ini

Minggu, 24/05/2020 17:03 WIB
Warga Amerika memprotes diberlakukannya masa karantina (DeMilked)

Warga Amerika memprotes diberlakukannya masa karantina (DeMilked)

law-justice.co - Virus corona mungkin akan menyebar tidak terkendali di 24 negara bagian di AS, terutama di Selatan dan Midwest, demikian diungkapkan sebuah penelitian baru. Risiko gelombang kedua tersebut diakibatkan terlalu cepat dibukanya kembali tempat-tempat umum tanpa dibarengi tindakan pencegahan yang memadai.

Dikutip dari The Washington Post, lebih dari 94.000 orang telah meninggal karena COVID-19 di Amerika Serikat, di mana jumlah kasus yang dikonfirmasi mendekati 1.6 juta.

Berikut ini beberapa hal penting yang memengaruhi penyebaran COVID-19 di beberapa tempat, yang dilansir dari The Washington Post:

  • Di Amerika, Presiden Trump meminta negara-negara  bagian untuk mengizinkan tempat-tempat ibadah dibuka segera dan mengancam akan “menggeser” setiap gubernur yang tidak mematuhi permintaannya. CDC lalu merilis pedoman untuk rumah ibadah pada hari Jumat.
  • Di negara berkembang, virus corona membunuh jauh lebih banyak orang muda. Sebanyak 15 persen dari yang tewas di Brasil berusia lebih muda dari 50, lebih dari 10 kali persentase di Italia atau Spanyol.
  • Sebuah penelitian terhadap 96.000 pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit di enam benua menemukan bahwa mereka yang menerima hydroxychloroquine - obat antimalaria yang diambil dan dipromosikan oleh Trump - memiliki risiko kematian yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak.
  • Jaksa federal mengatakan seorang pria Georgia berbohong kepada majikannya bahwa ia mengidap COVID-19, mengakibatkan bisnis ditutup agar bisa dibersihkan dan mengirim beberapa rekan kerja ke karantina, biaya bisnis sekitar $ 100.000.
  • Sebuah laporan baru di New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa virus corona menyerang lapisan pembuluh darah di dalam paru-paru pasien, perbedaan utama yang membuat virus jauh lebih buruk daripada flu.

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar