Akibat Corona, Pengangguran di Inggris Naik dari 50.000 Jadi 1,35 Juta

Selasa, 19/05/2020 14:51 WIB
Orang sedang melamar kerja di Inggris (vibiznews)

Orang sedang melamar kerja di Inggris (vibiznews)

Jakarta, law-justice.co - Pandemi covid-19 benar-benar menghancurkan perekonomian dunia. Hampir semua negara, termasuk Inggris tak luput dari guncangan ekonomi akibat pandemi covid-19 ini.

Bahkan melansir bbc.com, kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris melaporkan jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di Inggris melonjak pada bulan April, dimana bulan tersebut menjadi bulan pertama diberlakukanya lockdown di Inggris.

"Hitungan penuntut pada bulan April naik 856.500 menjadi 2.097 juta," laporan Kantor Statistik Nasional (ONS).

Tak hanya itu, perekonomian di Inggris makin menggunacang ketika meningkatnya jumlah pengangguran. masih berdasarkan laporan ONS, jumlah pengangguran di Inggris meningkat hampir 30 kali lipat dari sebelumnya hanya 50.000 orang menjadi 1.350.000 atau 1,35 juta orang hanya dalam tiga bulan hingga bulan Maret.

"Tingkat pengangguran diperkirakan 3,9%, sedikit naik pada kuartal sebelumnya," kata ONS.

Sebelum lockdown dimulai, pekerjaan telah mencapai rekor tertinggi. Namun, katanya angka pengangguran baru terjadi pada minggu pertama dilaksaakannya lockdown. Sehingga masih ada kemungkinan angka pengangguran akan memburuk secara tajam dalam beberapa bulan mendatang.

Jagjit Chadha, direktur Institut Nasional Penelitian Ekonomi dan Sosial, mengatakan "Kami dapat memperkirakan pengangguran akan meningkat dengan sangat cepat menjadi lebih dari 10% - sesuatu yang belum pernah kita lihat sejak awal 1990-an."

Namun, orang-orang yang berada di rumah dengan cuti tidak termasuk dalam total pengangguran. Namun, total jam kerja mingguan menunjukkan penurunan tahunan terbesar dalam 10 tahun.

"Perkiraan berdasarkan pengembalian untuk minggu individual menunjukkan bahwa penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan jam pada minggu terakhir bulan Maret, dengan penurunan yang jauh lebih kecil pada minggu sebelumnya," kata ONS.

Pada minggu terakhir bulan Maret, jumlah total jam kerja berbatasan dengan 25% lebih sedikit dari minggu-minggu lainnya dalam kuartal tersebut.

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar