Indonesia Dalam Ancaman Krisis Pangan

Jum'at, 08/05/2020 21:01 WIB
Rizal Ramli, Ekonom Senior (Finroll.com)

Rizal Ramli, Ekonom Senior (Finroll.com)

Jakarta, law-justice.co - Krisis pangan akibat pandemi Covid-19 menghantui dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Kebijakan social distancing dan pembatasan akses lainnya memicu golongan menengah ke atas melakukan panic buying sementara rantai suplai semakin berkurang. 

Oleh sebab itu, persoalan pasokan pangan harus menjadi perhatian serius Pemerintah RI guna menekan dampak button social distance. Ekonom Senior Rizal Ramli meretas beberapa langkah menangani krisis pangan.
 
Saat ini, di luar panic buying, permintaan pasokan bahan pangan naik mencapai 10 persen. Sementara suplai berkurang hingga 25 persen.
Sebagai contoh, Vietnam dan Thailand. Negara eksportir komoditas pangan tersebut sudah memutuskan mengurangi ekspor.
 
"Karena mereka ingin ngasih makan rakyatnya yang menganggur," ungkap Rizal Ramli, Jumat (8/5/2020). 

Sebagai contoh lain adalah Rusia. Jika biasanya, salah satu negara penghasil gandum terbesar di dunia ini mengekspor lebih dari 20 juta ton gandum, mulai kemarin angka tersebut dibatasi maksimal 7 ton.
 
Alert! Rizal mengingatkan sebuah sinyal tanda bahaya jika krisis pangan benar-benar terjadi. Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia era Gus Dur tersebut meminta agar Presiden RI Jokowi segera melakukan peningkatan produksi pangan.
 
Jika dilihat masa panen sayur-sayuran hanya butuh waktu 2 bulan, jagung 3 bulan, bawang 3 bulan dan beras 4 bulan. Sehingga krisis ini bisa dimanfaatkan untuk betul-betul all out meningkatkan produksi pangan. 

"Nanti setahun lagi bawang putih kita sudah 4 kali panen cukup, kita bahkan bisa ekspor. Saya dengar Pak Jokowi senang dengan ide ini. Dia mau agar kita fokus pada pangan," pungkas Rizal Ramli.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar