Menkeu: Indeks Kinerja Manufaktur Indonesia Terparah di Asia

Selasa, 05/05/2020 06:47 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Breakingnews)

Menteri Keuangan Sri Mulyani (Breakingnews)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti anjloknya Purchasing Managers` Index (PMI) Manufaktur Indonesia ke level 27,5 pada April 2020. Angka tersebut merupakan yang terburuk sejak 2011.

"Angkanya (turun) paling dalam dibandingkan negara Asia, lebih dalam dari Jepang dan Korea Selatan," ungkap Sri Mulyani dalam video conference, Senin (4/5).

Sebagai catatan, pada Maret lalu, PMI Manufaktur Indonesia masih bertengger di level 45,3.

Sri Mulyani bilang angka PMI Manufaktur Indonesia di bawah 50 menandakan bahwa aktivitas bisnis di sektor tersebut sedang kontraksi. Karenanya, ia mewaspadai kondisi itu.

Menurut Sri Mulyani, aktivitas manufaktur terus memburuk sejak Maret 2020 dan puncaknya terjadi April 2020. Ia memprediksi kontraksi di industri manufaktur masih terjadi hingga Mei 2020.

"Puncaknya terjadi pada April dan kemungkinan sampai Mei 2020," terang Sri Mulyani.

Apa yang terjadi di industri manufaktur, lanjut Sri Mulyani, sejalan dengan penurunan impor sepanjang kuartal I 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor turun 3,69 persen menjadi US$39,17 miliar sepanjang Januari-Maret 2020.

"Indonesia mengalami kontraksi impor 3 persen seiring dengan kontraksi di industri manufaktur," katanya.

Meski aktivitas manufaktur turun tajam, tapi Sri Mulyani masih cukup optimistis bahwa ekonomi kuartal I 2020 bisa tumbuh di atas 4 persen. Ia memproyeksi ekonomi domestik pada tiga bulan pertama tumbuh sekitar 4,5 persen-4,7 persen.

"Kami perkirakan masih bisa tumbuh antara 4,5 persen sampai 4,7 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 masih di atas 4 persen," pungkas Sri Mulyani. (cnnindonesia.com).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar