2008 Corona Sudah Diramalkan, Gerindra Ungkit Prediksi NKRI Bubar

Senin, 04/05/2020 08:43 WIB
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono (suratkabar.id)

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono (suratkabar.id)

Jakarta, law-justice.co - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyatakan narasi dalam novel Ghost Fleet yang menyebut Indonesia pada 2030 sudah tidak eksis lagi bukan tidak mungkin bakal mendekati kenyataan.

Menurut dia, jika pemerintah gagal menanggulangi pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19), risikonya adalah eksistensi Indonesia.

Arief mengatakan, Sylvia Browne dalam novelnya yang berjudul End of Days: Predictions and Prophecies about The End of The World sudah meramalkan sebuah penyakit seperti pneunomia yang menyebar seluruh dunia.

“Ternyata wabah corona yang terjadi pada tahun 2020 sudah diprediksi oleh Sylvia Browne dalam bukunya End of Days yang terbit di 2008,” kata Arief, Minggu (3/5).

Politikus yang juga ketua umum Federasi Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bersatu itu lantas mengutip narasi di halaman 191 novel End of Days. Narasinya berpresisi dengan COVID-19 yang kini menjadi pandemi global.

Narasinya adalah sekitar 2020 penyakit seperti pneunomia akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan sulit disembuhkan. Lebih membingungkan lagi penyakit itu akan lengkap secara tiba-tiba dan kembali menyerang sepuluh tahun kemudian, dan kemudian menghilang secara keseluruhan.

Arief menuturkan, kadang sebuah prediksi dalam buku langsung ditentang dan ditolak mentah-mentah, sebagaimana ketika Sylvia Browne menerbitkan End of Days pada 2008. Namun, kini justru prediksi penulis asal AS itu terbukti.

Syahdan, Arief menyinggung soal novel berjudul Ghost Fleet yang ditulis dua ahli strategi Amerika Serikat (AS) August Cole dan PW Singer. Melalui novel terbitan Juni 2015 itu Cole dan Singer menggambarkan peperangan antara AS melawan Tiongkok pada di wilayah bekas Indonesia.

“Juga meramalkan Indonesia tidak ada lagi di tahun 2030 alias NKRI pecah yang sempat juga dicemooh ketika dibedah oleh Prabowo Subianto dalam setiap pidatonya,” beber Arief.

Dengan melihat dampak COVID-19 terhadap perekonomian dan kehidupan sosial di tanah air saat ini, kata Arief, bukan tidak mungkin jika pemerintah gagal menanggulanginya akan membawa Indonesia menuju kondisi sebagai tulisan dalam Ghost Fleet.

“Sebab jika kita membedah dengan teori materialisme, dialektika dan histori Karl Marx untuk membaca gejala sosial atau masyarakat akibat dampak COVID-19, jalan terjadinya hilangnya Indonesia pada tahun 2030 akan sangat mungkin,” kata Arief.

Lebih lanjut Arief mencontohkan berbagai kerja sama Indonesia dengan mancanegara yang saat ini didominasi Tiongkok. Selain itu, kata dia, tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok juga sangat mudah masuk ke Indonesia sehingga menyebabkan hilangnya kesempatan rakyat mendapatkan pekerjaan.

Produk-produk Tiongkok pun kini membanjiri pasar Indonesia. Oleh karena itu demi Indonesia, kata Arief, seluruh pemimpin harus melepaskan ego dan kepentingan masing-masing, termasuk mengesampingkan pikiran memperkaya diri sendiri, saling serang dan mengumbar kebencian.

“Kita harus bersatu untuk menghindari hilangnya Indonesia pada tahun 2030. Ini fase-fase yang sangat berat bagi bangsa kita ke depan dengan adanya dampak COVID-19,” jelas Arief. (JPNN).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar