Akibat Ulah Orang Asing, IHSG Ambles 3,14% dan Kembali Memerah

Kamis, 16/04/2020 17:33 WIB
ilustrasi IHSG anjlok (Harianbatakpos)

ilustrasi IHSG anjlok (Harianbatakpos)

Jakarta, law-justice.co - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di perdagangan sesi I Kamis (16/4/2020) akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah rilis proyeksi perekonomian terbaru dari Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF).

Begitu perdagangan hari ini dibuka IHSG langsung masuk ke zona merah. Aksi jual terus terjadi sepanjang sesi I, bursa kebanggaan Tanah Air ini terus merosot hingga mengakhiri sesi I di 4.480,862 ambles 3,14%.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 3,39 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 576,44 miliar.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG kembali melemah hingga 3,5%, tetapi di akhir perdagangan berhasil dipangkas menjadi 3,14% di 4.480,607.

Nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 6,54 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 1,19 triliun di pasar reguler dan non-reguler.

Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.

"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, yang cukup membuat sentimen pelaku pasar kembali menjadi kurang bagus. Padahal beberapa hari terakhir ada kabar bagus dari dalam dan luar negeri.

Indonesia juga tidak lepas dari "hantu" resesi, meski IMF memprediksi ekonomi Indonesia masih tumbuh 0,5% di tahun ini.

Kemungkinan terjadinya resesi tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"Kalau kondisi berat panjang, kemungkinan akan terjadi resesi di mana dua kuartal berturut-turut PDB [produk domestik bruto] bisa negatif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers usai sidang kabinet paripurna, Rabu (15/4/2020).

Sebelumnya Sri Mulyani juga memberikan 2 skenario dampak COVID-19 ke perekonomian, yakni berat dan sangat berat. Dalam skenario berat, PDB diprediksi tumbuh 2,3%, sementara skenario sangat pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa minus 0,4%.

"KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini turun jadi 2,3% dan lebih buruk bisa negatif 0,4%. Sehingga kondisi ini menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi dan berpotensi menekan lembaga keuangan karena kredit tidak bisa dibayarkan dan perusahaan alami kesulitan dari revenue," tutur Sri Mulyani yang juga Ketua KSSK, Rabu (1/4/2020).(cnbcindonesia)

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar