Ini Dia yang Tambah Tajir di Tengah Pandemi Covid-19

Sabtu, 11/04/2020 15:44 WIB
Ilustrasi Dolar Amerika Serikat Palsu (Okezone)

Ilustrasi Dolar Amerika Serikat Palsu (Okezone)

Jakarta, law-justice.co - Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 15.800/US$ pada penutupan sebelum libur panjang akhir pekan di Kamis (9/4/2020).

Nilai rupiah telah melemah 13,8% dari awal Januari 2020 hingga April 2020 ini. Hal ini membuat simpanan valas milik masyarakat pun meningkat pesat.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin SImpanan (LPS) Halim Alamsyah menjelaskan pelemahan rupiah ini membuat Dana Pihak Ketiga Perbankan (DPK) melesat 9,8%. DPK ini terdiri dari rupiah dan valas.

"Nah kontribusi pertumbuhan DPK valas yang cukup tinggi yakni 16,8%. Kalau kita lihat ini karena pengaruh kurs yang melemah dalam satu bulan terakhir," papar Halim seperti dikutip Sabtu (11/4/2020).

Dengan kata lain, mereka yang memiliki tabungan ataupun deposito dalam bentuk valas terutama dolar AS sudah pasti mengalami pertumbuhan aset yang signifikan.

Bayangkan, pada 1 Januari 2020, rupiah berada di level Rp 13.800/US$ dan saat ini di Rp 15.800/US$ dengan kata lain dalam setiap 1 dolar yang dimiliki, aset bertambah Rp 2.000.

Data LPS, simpanan dalam US$ yang dimiliki masyarakat Indonesia mencapai Rp 967 triliun. Padahal di akhir Desember 2019 lalu simpanan dalam bentuk dolar ini hanya Rp 833,19 triliun.

Bank Indonesia (BI) sendiri memperkirakan nilai rupiah di akhir 2020 bisa berada di Rp 15.000/US$.

Rupiah yang keok ini terjadi akibat krisis yang ditimbulkan dari pandemi covid-19 atau virus corona. Hal itu mengakibatkan terjadinya kepanikan di pasar dalam negeri maupun global.

Data BI pada 9 April 2020 kemarin, kondisi risiko di global berangsur-ansur membaik, meskipun masih relatif tinggi.

Salah satu indikatornya yaitu indeks volatilitas pasar keuangan (Volatility Index/VIX) yang membaik. VIX berada pada level 18,8 sebelum adanya pandemi COVID-19 dan saat terjadi kepanikan di pasar keuangan global sekitar minggu kedua-ketiga Maret 2020 VIX berada pada level tertinggi yaitu 82.

Namun, dengan langkah-langkah kebijakan dan stimulus fiskal yang dilakukan oleh berbagai negara, VIX berangsur-angsur menurun. Selain itu, pasar juga melihat tingkat kenaikan kasus COVID-19 berangsur-angsur menurun didukung oleh langkah-langkah berbagai negara untuk menekan penyebaran pandemi COVID-19, termasuk di Indonesia.

Penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) yang akan diimplementasikan di DKI Jakarta mulai tanggal 10 April 2020 diprakirakan akan dapat menekan penyebaran pandemi COVID-19. (CNBC Indonesia)

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar