Benarkah Dampak Perubahan Iklim Munculkan Virus Baru Seperti COVID-19?

Senin, 06/04/2020 14:00 WIB
Ilustrasi perubahan iklim (Foto:Shutterstock)

Ilustrasi perubahan iklim (Foto:Shutterstock)

Jakarta, law-justice.co - Perubahan iklim sudah menjadi ancaman nyata bagi umat manusia. Bukan hanya suhu bumi menjadi semakin panas, tetapi perubahan iklim mengakibatkan sejumlah penyakit muncul, tak terkecuali virus corona yang dihadapi banyak negara saat ini.

Ibrakhim AlHusseini, pendiri dan CEO FullCycle, perusahaan investasi yang fokus menangani krisis iklim mengatakan para ilmuwan sudah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim bukan hanya berdampak pada lingkungan kita, tetapi juga kesehatan seiring dengan meningkatnya penyakit menular.

Pada 2015 saja para peneliti mengidentifikasi 28 kelompok virus yang ditemukan dalam gletser yang mencair. Gletser ini mencair karena naiknya suhu bumi akibat perubahan iklim.

Patogen berbahaya dari gletser yang mencair ini bisa saja mengalir ke sungai dan saluran air dan menjadi ancaman nyata bagi sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak memiliki ketahanan alami terhadap penyakit ini.

"Jika wabah COVID-19 adalah indikasi, mungkin masa depan itu (penyakit lebih berbahaya) sekarang menjadi kenyataan kita, itulah sebabnya kita harus mengatasi perubahan iklim," kata Ibrahim dilansir dari businessinsider via Bisnis Indonesia, Senin (6/4/2020)

Pada awal 2001, Panel antar pemerintah Tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) atau menyatakan perubahan iklim sebagai risiko besar bagi kesehatan manusia. Namun laporan itu diabaikan. Saat ini, temuan-temuan itu diterima sebagai fakta oleh komunitas perawatan kesehatan, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan bahkan baru-baru ini, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS).

"Pertanyaannya bukan lagi apakah perubahan iklim akan berdampak pada kesehatan kita. Pertanyaannya adalah, seberapa parahkah dampak perubahan iklim pada kesehatan kita? Kami sudah melihat konsekuensinya hari ini," tutur Ibrahim.

Perubahan iklim itu juga disebabkan dari pembakaran mesin-mesin kendaraan dan aktivitas pabrik. Diperkirakan 90% anak-anak di dunia menghirup udara beracun setiap hari dari kegiatan ini Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa polutan ini merusak paru-paru anak berkembang, tidak mengherankan bahwa banyak orang sekarang percaya bahwa racun ini juga dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk dari virus seperti virus corona.

Perubahan iklim menyebabkan lebih banyak kerawanan pangan, dan sebagai hasilnya, para ahli memperkirakan bahwa manusia akan mencari sumber makanan alternatif seperti daging kelelawar. Konsumsi hewan-hewan ini menyebabkan berjangkitnya penyakit dan bahkan yang mungkin menyebabkan munculnya virus corona.

"Lalu ada curah hujan berlebihan dan kelembaban tinggi. Keduanya menjadi faktor risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air seperti malaria," imbuhnya.

Pembangunan jalan baru, tambang, dan perburuan mendorong hewan-hewan liar keluar dari habitatnya dan menyebabkan penyakit zoonosis muncul seperti SARS, Flu Burung, dan HIV. Virus-virus ini tidak hilang bersama dengan habitat dan hewan yang mereka infeksi. Virus ini cenderung mencari inang baru.

Oleh karena itu, para pemimpin dunia harus sadar terhadap dampak perubahan iklim ini. Mereka harus bekerja sama untuk mengatasinya

"Kita tidak lagi membutuhkan janji yang tidak jelas dari para pemimpin kita, kita perlu tindakan tegas. Kecuali jika itu terjadi, COVID-19 bisa menjadi pertanda dari hal-hal yang akan datang," tujas Ibrahim. (Bisnis Indonesia)

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar