Harga Masih Bisa Capai Rp1 Juta Per Gram, Kapan Emas Harus Dijual?

Senin, 06/04/2020 11:41 WIB
Harga emas per hari ini mengalami kenaikan Rp 5.000 per gram./Sumber: Republika.co.id

Harga emas per hari ini mengalami kenaikan Rp 5.000 per gram./Sumber: Republika.co.id

Jakarta, law-justice.co - Harga emas berkali-kali tembus rekor tertinggi di saat terjadinya pandemi corona. Hal itu terjadi ketika instrumen investasi lainnya tertekan oleh wabah corona. Lantas apakah sekarang waktu yang tepat untuk menjual logam mulia tersebut?

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai justru sekarang waktu yang pas untuk tetap melanjutkan investasi emas.

"Kalau menurut saya ini ada tren yang memang saat yang tepat untuk melakukan pembelian emas secara besar-besaran gitu," kata dia saat dihubungi, Minggu (5/4/2020).

Menurutnya emas dianggap sebagai komoditas investasi yang aman di tengah kepanikan masyarakat terhadap virus Corona. Kepanikan tersebut memicu naiknya harga emas.

"Harga emas memang dipengaruhi beberapa faktor ya. Pertama kan memang kepanikan ya. Kepanikan investor di hampir seluruh dunia untuk menyimpan asetnya di emas ya karena dianggap aman gitu," jelasnya.

Bhima juga menilai harga emas yang sudah tinggi akan sulit kembali ke harga sebelumnya. Jadi walaupun misalnya nilai dari emas turun tidak akan terlalu signifikan.

"Kemudian emas itu kalaupun turun susah kembali ya. Misalkan ke level satu tahun yang lalu. Jadi kalau turun pun ada koreksi, koreksinya tidak terlalu dalam. Jadi trennya memang harga emas akan terus mengalami kenaikan," tambahnya.

Kenapa jangan segera menjual emas?

Bhima menilai harga emas batangan masih berpeluang tembus ke Rp 1.000.000 per gram. Hal itu dimungkinkan jika kondisi perekonomian dunia semakin memburuk imbas pandemi virus corona. Jika wabah Covid-19 tersebut tidak teratasi dalam waktu dekat maka harga emas bisa cetak rekor lagi.

"Tidak menutup kemungkinan harga emasnya mungkin menyentuh Rp 900 sampai 1 juta per gram," kata Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira saat dihubungi, Minggu (5/4/2020).

Dia menjelaskan ada prediksi bahwa resesi global kali ini bakal lebih parah dibandingkan krisis 1998 dan 2008. Jika benar terjadi, Itu bakal membuat harga emas batangan naik lagi.

"Apalagi ada proyeksi bahwa resesi ekonomi global lebih parah daripada krisis Asia di tahun 1998 atau pun krisis AS tahun 2008 ya," jelas dia.

Ketika situasi terus memburuk, orang-orang akan cenderung menyimpan hartanya dengan mengkonversinya ke dalam bentuk emas batangan. Semakin banyak yang membeli emas maka harganya bakal berpeluang terus meningkat.

"(Harga emas bisa tembus Rp 1 juta) iya kalau kondisi terus memburuk. Orang akan terus banyak menyimpan di safe haven itu ya, emas salah satunya," tambahnya.

Meski menggiurkan, perhatikan ini dulu sebelum lanjut memboyong emas.

Bhima menjelaskan kenaikan harga emas saat ini dipicu oleh kepanikan publik terhadap wabah Covid-19. Ketika ekonomi sudah kembali stabil harga emas tidak akan naik secara signifikan.

"Emas ini hanya temporer naik ketika terjadinya resesi ekonomi," kata dia saat dihubungi, Minggu (5/4/2020).

Dia menjelaskan ketika perekonomian stabil maka investasi emas akan kalah dengan investasi di sektor properti maupun saham.

"Pasca resesi ekonominya selesai, atau masuk masa recovery ya maka keuntungan atau imbal hasil dari investasi emas itu akan kalah dengan aset lainnya seperti properti, seperti saham, gitu," jelasnya.

Selain itu, Bhima menjelaskan investasi emas membutuhkan biaya tambahan untuk menyimpannya dan menjamin keamanannya. Oleh karenanya terlalu banyak investasi emas untuk jangka panjang tidak disarankan.

"Jadi terlalu banyak memegang emas itu juga tidak direkomendasikan tapi emas penting untuk menjaga likuiditas," tambahnya. (detik.com).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar