Nekat! Pria Ini Sembunyikan Gejala Corona Demi Temani Istri Bersalin

Kamis, 02/04/2020 11:44 WIB
Staf medis membantu seorang pasien saat memasuki tenda pemeriksaan COVID-19 di Pusat Rumah Sakit Brooklyn pada 31 Maret 2020 di wilayah Brooklyn di New York. (tribunnews)

Staf medis membantu seorang pasien saat memasuki tenda pemeriksaan COVID-19 di Pusat Rumah Sakit Brooklyn pada 31 Maret 2020 di wilayah Brooklyn di New York. (tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Seorang pria menyembunyikan gejala virus corona yang dialaminya agar bisa bersama istrinya yang akan melahirkan di ruang bersalin sebuah rumah sakit di New York, Amerika Serikat, minggu lalu.

Seperti yang dilaporkan USA Today, pria itu baru menunjukkan gejala dan kemungkinan menularkan virus corona kepada istrinya tak lama setelah sang istri melahirkan.

Sang istri mulai menunjukkan gejala masalah pernapasan tak lama setelah ia melahirkan.

"Sang ibu mengalami beberapa gejala setelah melahirkan," ucap juru bicara rumah sakit Chip Partner kepada USA Today.

"Saat itu barulah suaminya mengaku kepada staf medis, dirinya mungkin terinfeksi Covid-19 setelah mengalami gejala-gejala virus corona."

Staf medis yang bekerja di ruang bersalin, juga diperingatkan kemungkinan terpapar virus corona dari suami wanita tersebut.

Namun para staf diminta untuk tetap bekerja hingga mereka merasakan gejala.

Chip Partner berkata pada USA Today, seorang staf memang mengalami gejala virus corona.

Namun saat dites, hasilnya negatif.

Partner berkata, pihak rumah sakit tidak bisa memberitahu apakah ibu itu, beserta suami dan bayi yang baru saja dilahirkan, positif terkena virus corona atau tidak.

Insiden itu membuat rumah sakit melakukan tindakan penyaringan yang lebih ketat kepada siapa saja yang boleh masuk ruang bersalin.

Pusat Medis Universitas Rochester mengumumkan, mereka akan mulai mengukur suhu badan pengunjung yang datang, Senin (30/3/2020).

Mereka juga meminta staf, pasien, dan pengunjung untuk mengenakan masker bedah selama berada di dalam rumah sakit tersebut.

Amerika Serikat adalah negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia saat ini, mengalahkan China sebagai episentrum awal Covid-19.

Per Rabu (1/4/2020) sore, sudah ada 188.639 orang yang terinfeksi Covid-19 di Amerika.

New York memiliki jumlah kasus terbanyak dengan 75.983 kasus, diikuti New Jersey dengan 18.696 kasus.

Total kematian di kota New York sendiri cukup tinggi, yaitu sekitar 1.714 kasus.

Hal ini membuat rumah sakit di kota New York umumnya, kewalahan menampung pasien yang terus berdatangan.

Baru-baru ini, beredar video belasan bahkan puluhan kantung mayat dimasukkan ke dalam truk berpendingin menggunakan alat pengangkat barang di City, Minggu (29/3/2020).

Seperti yang dilansir Daily Mail, video tersebut diambil oleh seorang perawat laki-laki yang telah menyelesaikan shift-nya hari itu.

Ia merekam dari dalam mobilnya yang diparkir di seberang rumah sakit.

Dalam video, terlihat beberapa kantung jenazah dimasukkan ke dalam truk berpendingin oleh petugas medis yang mengenakan APD.


Belasan Mayat Dimasukkan ke Truk Berpendingin di NYC (Kolase Tribunnews/Daily Mail)

Video yang diunggah Minggu (29/3/2020) lalu itu beredar tak lama setelah ia mengunggah foto belasan mayat yang dijejerkan di dalam truk.


Foto yang diambil perawat di dalam truk, menampilkan beberapa kantung jenazah yang dimasukkan ke dalam truk berpendingin (via Daily Mail)

Kepada BuzzFeedNews, perawat 38 tahun yang merekam video itu berkata hanya ingin menunjukkan orang-orang realita yang sebenarnya, yaitu realita yang menakutkan.

"Ini adalah realita mengerikan dari apa yang sedang kita hadapi, sebagian dari kita sudah berakhir," katanya.

Ia menambahkan satu di antara jenazah yang dimasukkan ke dalam truk adalah seorang wanita yang sempat ia hibur sebelum meninggal dunia.

"Aku tidak pernah sabar untuk duduk dengan seseorang yang baru saja kutemui."

"Tetapi saya sangat menyukai kardigan dan piyama wanita itu sehingga saya memutuskan untuk tinggal dan mengobrol sedikit," katanya.

Di New York, rumah sakit dan kamar mayat sementara bermunculan di beberapa sudut kota.

Pengamat menyebut puncak wabah virus corona di Amerika Serikat diperkirakan terjadi dalam beberapa minggu ke depan.

Sementara itu, rumah sakit kini sedang dipersiapkan untuk bisa menampung lonjakan pasien Covid-19.

Sejak Minggu, pegawai rumah sakit sudah memasang tenda-tenda darurat di luar rumah sakit di New York karena jumlah pasien yang melebihi kapasitas rumah sakit.

Sistem Mount Sinai sedang menyiapkan fasilitas perawatan sementara di luar enam rumah sakitnya, 5 di New York City dan satu di Long Island.

"Tenda-tenda itu akan sangat penting dalam membantu kami membatasi penyebaran penyakit antara pasien dan staf," kata pejabat rumah sakit dalam sebuah pernyataan pekan lalu.


NYU Langone Hospital di Manhattan memiliki 12 truk pendingin. (Probe Media untuk Daily Mail)

Meski sekarang New York menjadi pusat wabah corona di Amerika, tapi ahli dari Gedung Putih, Dr Anthony Fauci, menyebut kota-kota lain akan segera menghadapi masalah yang sama.

New Orleans diperkirakan akan menjadi titik berikutnya, yang saat ini memiliki 1.350 kasus dan 73 kematian.

Tetapi Fauci mengatakan pada hari Senin ia juga mengkhawatirkan Detroit dan Los Angeles.

Sementara itu, Presiden Donald Trump telah memperpanjang imbauan social distancing sampai akhir April. (Tribunnews.com)

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar