Nihil Dokter Spesialis Paru, IDI: Papua Barat Tak Siap Tangani Corona

Selasa, 31/03/2020 08:21 WIB
sejumlah perawat di Wuhan China yang sedang menangani pasien terjangkit virus corona (pojoksatu)

sejumlah perawat di Wuhan China yang sedang menangani pasien terjangkit virus corona (pojoksatu)

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah Provinsi Papua Barat, masih hitung-hitungan untuk bersikap menambah tenaga dokter ahli paru dan tenaga ahli lainnya dalam situasi tanggap darurat Corona di wilayah tersebut, setelah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Manokwari.

Gubernur Dominggus Mandacan, tak menampik, bahwa Papua Barat belum punya tenaga dokter spesialis paru termasuk keterbatasan faskes hingga Alat Pelindung Diri (APD) untuk menangani pasien suspect Corona.

“Memang benar, tenaga spesialis paru belum ada. Kita disarankan untuk kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk datangkan tenaga ahli paru. Tapi nanti disesuaikan dengan kebutuhan. Mana yang skala prioritas, disesuaikan dengan perkembangan situasi,” kata Mandacan, Senin (30/3/2020).

Dikatakan Mandacan, IDI telah memberikan gambaran tentang kondisi tenaga medis, ketersediaan faskes, obat dan APD hingga tempat karantina khusus bagi tenaga medis yang menangani pasien Covid-19. Namun untuk menindaklanjutinya, akan disesuaikan dengan kewenangan di daerah.

“Tentu akan disesuaikan dengan kewenangan, mana yang menjadi kewenangan Pemprov akan ditindak lanjut, dan mana yang menjadi kewenangan kabupaten, akan ditindak lanjut oleh bupati/walikota sebagai koordinator gugus tugas di daerah masing-masing,” kata Mandacan.

Diakui Mandacan, sejauh ini Pemprov Papua Barat telah menggelontorkan Rp5 miliar untuk penyiapan ruang isolasi di Rumah Sakit Provinsi Papua Barat, dengan kapasitas 50 tempat tidur beserta sarana penunjang lainnya.

“Kita sudah realisasi Rp5 miliar untuk siapkan ruang isolasi di Rumah Sakit Provinsi Papua Barat. 50 tempat tidur sudah dipesan dari luar. Itulah sebabnya kenapa kami tidak lockdown. Karena memang kita masih berharap dari Jakarta, ujar Mandacan.

Sementara, dr. Adhe Ismawan, Ketua IDI Manokwari mengatakan, di Manokwari hanya ada 2 (dua) tenaga dokter spesialis penyakit dalam, bukan paru. Sehingga, IDI merekomendasikan Pemerintah setempat melakukan langkah kerjasama untuk segera mendatangkan tenaga ahli tambahan.

“Kita sarankan bisa Pemprov MoU dengan universitas lain yang punya kesiapan sumber daya untuk penambahan tenaga ahli di Manokwari dan beberapa rumah sakit rujukan. Dengan harapan bisa sama-sama cegah membludaknya pasien Covid-19 di Manokwari dan Papua Barat,” katanya.

Estimasi membludaknya pasien Corona dari sisi faskes, kata Ismawan, karena keterbatasan fasilitas berupa ruang isolasi disertai fentilator dan tenaga kesehatan yang siap kerja dengan sarana APD yang memadai.

“Sekarang ini kita punya serba terbatas. Memang tidak ada yang siap dengan virus ini tapi, komitmen bersama untuk cegah Corona harus bisa dibuktikan dengan kesiapan maksimal. Di pulau Jawa mereka punya tenaga dan fasilitas yang cukup. Tapi kita?” kata Ismawan.

Diapun mengatakan, estimasi membludaknya pasien Covid-19 tidak akan terjadi jika masyarakat sebagai garda terdepan bisa bertahan dengan mengikuti prosedur dan tahapan yang dianjurkan oleh Pemerintah sesuai standar WHO.

“Manokwari masih santai, disangka flu biasa. Di beberapa tempat masih ada kerumunan warga dan aktivitas berjalan seperti biasa,” katanya. (jubi.co.id).

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar