Takut Corona, Ratusan Orang Tewas di Iran Karena Minum Cairan Ini

Senin, 30/03/2020 22:03 WIB
Ilustrasi (Chemocart Blog)

Ilustrasi (Chemocart Blog)

law-justice.co - Setidaknya 300 orang dilaporkan tewas, dan lebih dari 1000 lainnya jatuh sakit di Iran, setelah menenggak cairan beracun metanol yang dipercaya bisa menangkal virus corona. 

Dilansir dari Mirror UK, rumor mengenai obat untuk virus corona yang ternyata hoaks telah menyebar di media sosial di negara tersebut, di mana masyarakat mencurigai pemerintah yang dianggap meremehkan krisis selama berhari-hari sebelum akhirnya banyak korban jatuh. 

Dr Knut Erik Hovda, ahli racun dari Oslo yang mempelajari mengenai keracunan metanol mengkhawatirkan pandemi bisa lebih buruk dari yang dilaporkan. “Virus telah menyebar, dan orang-orang pada sekarat, dan saya kira mereka tidak menyadari bahaya lain yang ada di sekitarnya. Ketika orang-orang terus meminum metanol, tentunya akan makin banyak yang keracunan,” kata dr Knut. 

Kematian di di negara berpenduduk 80 juta jiwa ini meningkat akibat pandemi. 

Sebuah akun media sosial Iran di Farsi secara keliru menyarankan seorang guru sekolah Inggris dan yang lainnya agar menyembuhkan diri dari virus corona dengan cara meminum wiski yang dicampur madu, dilansir dari tabloid setempat awal Februari.

Selain informasi mengenai penggunaan sanitiser tangan berbasis berbahan dasar alkohol, sebagian orang juga percaya bahwa meminum alkohol kadar tinggi bisa membunuh virus di dalam tubuh mereka. 

Iran telah mengonfirmasi sekitar 29.000 kasus dari 2.200 kematian akibat virus. Angka tertinggi di Timur Tengah. Para pakar internasional juga khawatir, Iran mungkin tidak melaporkan kasusnya dengan benar, karena para pejabat sebelumnya meremehkan dampak virus saat menjelang pemilihan anggota parlemen.

Ketakutan akan virus, ditambah dengan tingkat pendidikan yang rendah dan informasi tidak benar yang beredar di internet, juga mengakibatkan belasan orang sakit karena meminum alkohol yang dicampur dengan metanol, di provinsi Khuzestan dan Shiraz. Media Iran juga melaporkan adanya kasus di kota Karaj dan Yazd.

Pemerintah lalu menginstrusikan pada produsen metanol untuk menambah warna bpada produknya, sehingga masyarakat dapat membedakannya dari etanol, jenis alkohol yang dapat digunakan dalam membersihkan luka. Etanol juga merupakan jenis alkohol yang ditemukan dalam minuman beralkohol, meskipun diproduksi secara ilegal di Iran.

Beberapa pembuat minuman keras di Iran menggunakan metanol dan menambahkan sedikit pemutih untuk menghilangkan warnanya, sebelum menjualnya sebagai minuman. Cairan itu kemudian dicampur sedikit alkohol, dijual sebagai metanol lalu diiklankan sebagai minuman, ungkap dr Hovda. 

Metanol juga mengandung alkohol yang difermentasi. Cairan ini tidak ada rasanya jika dicampur dalam minuman. Efeknya ke tubuh bisa menyebabkan kerusakan organ dan otak. Gejalanya meliputi nyeri dada, mual, hiperventilasi, kebutaan, dan bahkan koma.

Sebelum pandemi, keracunan metanol telah merenggut banyak korban di Iran. Satu studi akademik menemukan keracunan metanol menimpa 768 orang di Iran antara September dan Oktober 2018 saja, dan menewaskan 76 orang.

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar