Kondisi India Kini Kacau Akibat Lockdown Tanpa Persiapan Matang

Senin, 30/03/2020 10:35 WIB
Lockdown India Kacau. (detik.com).

Lockdown India Kacau. (detik.com).

Jakarta, law-justice.co - Kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah India untuk mencegah penyebaran COVID-19 dilaporkan berlangsung kacau. Al Jazeera melansir bahwa masalah ditimbulkan karena kelaparan, kurangnya alat pelindung diri (APD) dan ventilator, serta pekerja migran yang terabaikan.

Sebelumnya, Perdana Menteri India, Narendra Modi mengumumkan penerapan lockdown selama 21 hari sejak Selasa (24/7) lalu. Lockdown dilakukan untuk menahan penyebaran virus COVID-19 di negara dengan populasi terbanyak kedua di dunia.

India melaporkan kasus pertama virus corona pada 30 Januari 2020 lalu. Angka orang terinfeksi kemudian meningkat cepat. Sejauh ini, lebih dari 700 orang terinfeksi dengan
catatan 17 di antaranya meninggal dunia.

1. Kekurangan APD dan ventilator


Distribusi APD medis di RS Pelamonia Makassar. IDN Times/Kodam XIV Hasanuddin

Laporan Al Jazeera menyebutkan bahwa tenaga medis di India menghadapi kekurangan peralatan APD, menyusul kasus COVID-19 yang terus meningkat. Kekurangan termasuk pada stok masker N-95.

Sebagian pihak menganggap pemerintah India terburu-buru, padahal WHO telah mengingatkan sejak Februari lalu agar memproduksi alat pendukung bagi staf medis.

Di samping APD, ketersediaan ventilator juga terbatas di India. Di negara itu terdapat sekitar 100 ribu ventilator, yang sebagian besar dimiliki rumah sakit swasta dan telah digunakan oleh pasien kritis.

India disebutkan memerlukan sedikitnya 70 ribu ventilator lagi, namun pada Jumat (27/3), pemerintah India hanya memesan 10 ribu ventilator baru.

2. Terjadi sejumlah kekacauan, pemerintah upayakan agar tidak terjadi kelaparan


Seorang pria menutup sebagian muka dengan kain sambil melihat keluar dari kereta saat diberlakukan `lockdown` oleh pemerintah untuk mencegah penularan virus COVID-19, di New Delhi, India, Senin (23/3/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi)

Menurut Associate Professor di Institut Manajemen India Ahmedabad, Reetika Khera, pidato pemberlakuan lockdown yang disampaikan perdana menteri justru menciptakan kepanikan di tengah masyarakat. Reetika juga menyebut pemerintah salah menangani lockdown dan banyak melakukan kekerasan.

Lockdown juga menyebabkan penutupan layanan kesehatan dan membuat
pasien dengan penyakit lain kini terdampar tanpa perawatan. Menghindari
terjadinya kelaparan di tengah kekacauan ini, pemerintah India telah mengumumkan adanya paket stimulus fiskal sebesar $23 miliar.

India diketahui memiliki program kesejahteraan yang ditujukan bagi penduduk miskin. Pemerintah tampaknya menggunakan layanan tersebut untuk
menyediakan transfer uang tunai dan makanan secara langsung.

Sayangnya, dilansir dari Aljazeera.com, 85 persen penduduk India yang bekerja
di sektor informal dan migran justru tidak memiliki akses ke layanan ini.

3. Kekhawatiran akan nasib pekerja migran terabaikan


Para pekerja migran menunggu dalam antrian untuk menerima makanan gratis di luar stasiun kereta Howrah setelah India memerintahkan "lockdown" nasional untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Kolkata, India, Rabu (25/3/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Rupak De Chowdhuri)

Cara pemerintah India yang hanya memberikan jarak empat jam ketika
pemberitahuan lockdown dilakukan menimbulkan kekhawatiran dari Gerakan
Kesehatan Rakyat.

"Yang benar-benar mengkhawatirkan adalah migrasi besar-besaran yang telah
dimulai di seluruh negeri," kata Sundaraman dari gerakan Kesehatan Rakyat seperti dikutip dari Aljazeera.com.

"Lockdown seharusnya dilakukan secara bertahap. Orang tidak boleh terlantar tanpa pendapatan, tanpa pekerjaan," lanjut dia. (idntimes).

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar