Asing Tarik Dana dari Pasar Modal Indonesia Rp 104 T Selama Maret

Minggu, 29/03/2020 09:56 WIB
Kurs mata uang Rupiah melemah (Foto: Suara Muslim)

Kurs mata uang Rupiah melemah (Foto: Suara Muslim)

Jakarta, law-justice.co - Meluasnya penyebaran pandemi virus Corona (COVID-19) menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pasar keuangan globlal. Hal ini menyebabkan investor asing keluar dari pasar keuangan domestik terutama saham dan surat berharga negara (SBN) karena ketidakpastian yang tinggi.

Penyebaran virus asal Wuhan, China ini, menurut data Johns Hopkins University, hingga 27 Maret 2020, sudah menginfeksi lebih dari 531 ribu orang di 175 negara dan menewaskan 24.053 jiwa. Sedangkan di Indonesia, pasien positif infeksi COVID-19 mencapai 893 orang dan menewaskan 78 orang.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat, sejak awal Maret 2020 sampai dengan 24 Maret 2020, investor asing tercatat keluar dari pasar saham dan SBN masing-masing sebesar Rp 6,11 triliun dan Rp 98,28 triliun. Total dana asing yang keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 104,39 triliun.

Dengan kondisi tersebut, pasar saham melemah signifikan sebesar 27,79% mtd atau 37,49% ytd menjadi 3.937,6, diikuti dengan pelemahan di pasar SBN dengan yield yang rata-rata naik sebesar 118,8 bps mtd atau 95bps ytd.

"Pelemahan ini disebabkan pada kekhawatiran investor terhadap virus Corona yang akan berdampak pada kinerja emiten di Indonesia," urai Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo, dalam keterangan pers yang disampaikan, Jumat (27/3/2020).

Kendati demikian, hingga Maret, OJK menyatakan kondisi stabilitas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga.

Sejak Februari, OJK telah mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus perekonomian di sektor perbankan, pasar modal dan industri keuangan non bank yang diharapkan menjadi kontrasiklus terhadap dampak penyebaran virus Corona.

"OJK memantau perkembangan ekonomi global yang sangat dinamis dan berupaya untuk terus memitigasi potensi risiko yang ada terhadap kinerja sektor jasa keuangan domestik," jelas Anto.

OJK memaparkan, kondisi perekonomian global diperkirakan akan terkontraksi cukup dalam pada semester pertama tahun ini dan mulai kembali pulih pada kedua seiring dengan wabah virus Corona yang terus meningkat di luar Tiongkok.

Sedangkan, perekonomian AS dan Eropa diprediksi akan terkontraksi pada kuartal kedua tahun ini mengingat penyebaran virus Corona di AS dan Eropa baru akan mencapai puncaknya pada April dan Mei, sedangkan perekonomian Tiongkok diprediksi telah membaik pada periode tersebut sejalan dengan mulai melambatnya penyebaran virus Corona di Negeri Tirai Bambu. (CNBCIndonesia).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar