Efektifkah Menyemprotkan Disinfektan ke Udara Bebas?

Sabtu, 28/03/2020 20:31 WIB
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di Pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (27/3). Penyemprotan rutin guna mencegah peyebaran virus corona. Robinsar Nainggolan

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di Pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (27/3). Penyemprotan rutin guna mencegah peyebaran virus corona. Robinsar Nainggolan

law-justice.co - Sekarang di mana-mana orang gencar menyemprotkan bahan disinfektan ke udara secara swadaya. Bahannya juga dibuat sendiri, dengan aneka campuran.

Kita tahu setiap negara punya protokol tersendiri dalam membuat disinfektan. Semua tentu mengacu pada kemampuan zat yang dipakai, khususnya alkohol. Alkohol dikombinasi dengan zat lain, termasuk zat pembersih, dan sejenisnya yang mampu memusnahkan virus, selain kuman, dan jamur.

Manfaat disinfektan setahu saya untuk bidang permukaan di lokasi-lokasi tertentu yang diperkirakan besar kemungkinan menjadi area pencemaran virus dan semua bibit penyakit, seperti rumah sakit, klinik, tempat praktik, dan semua fasilitas layanan medis. Bukan untuk membersihkan udara tercemar.

Melihat pemakaian disinfektan sekarang, seolah hendak membersihkan udara, bahkan di area yang sama sekali tidak mungkin ada cemarannya karena tidak terkontamisasi sebagaimana di rumah sakit.

Virus bisa menyebar dari saluran napas orang yang sedang bicara, batuk, dan bersin. Hanya dalam hitungan detik, virus yang mungkin ada dalam saluran napas seseorang tersebar di udara, lalu jatuh ke lantai, melekat di dinding, atau di permukaan benda dan barang sekitar orang tersebut sejarak tak lebih dari dua meteran, dan bertahan di sana tak lebih dari 20 menitan saja.

Jadi pada permukaan lantai, dinding, benda dan barang sajalah yang memerlukan semprotan disinfektan di tempat-tempat publik, bukan ketika memasuki desa, di alam bebas, hanya tindakan yang sia-sia dan mubazir belaka.

Kalaupun mau menyemprotkan juga hanya pada pakaian, rambut, dan kulit orang yang baru pulang bepergian atau dari transportasi apa saja, yang diperkirakan tercemar virus dari tempat umum. Bukan disemprotkan ke udara yang dalam hitungan detik aerosolisasi sudah jatuh ke tanah, dan belum tentu virusnya masih ada, atau masih hidup.

Hal lain, pembuatan disinfektan juga ada protokol bakunya. Dosisnya perlu tepat karena bila dosis berlebih, bisa mengiritasi kulit, selain selaput lendir mucosa saluran napas, dan ini bersifat melemahkan.

Disinfektan sebaiknya menjadi bagian dari personal hygiene, kebersihan perorangan. Sepulang bepergian, seluruh bagian tubuh mulai dari rambut, pakaian, kulit, sampai sepatu, semua berisiko tercemar virus corona bila kita baru memasuki area-area publik, apalagi area high touch di semua area layanan fasilitas kesehatan.

Ayo lebih masuk akal dalam bertindak selama musim Covid-19.

Salam sehat,

dr. Handrawan Nadesul

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar