Begini Cara Rawat Keluarga yang Positif Covid-19 Tanpa Takut Tertular

Sabtu, 28/03/2020 11:19 WIB
ilustrasi pasien covid-19 (tvberita)

ilustrasi pasien covid-19 (tvberita)

Jakarta, law-justice.co - Tidak semua pasien yang positif virus corona diisolasi di rumah sakit, beberapa jalani isolasi mandiri di rumah. Kenapa ada pasien positif COVID-19 tapi tidak dirawat di rumah sakit?

Dilansir dari Kompas.com, dalam sebuah konferensi pers, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan tidak semua pasien yang positif harus diisolasi di rumah sakit.

"Kasus positif yang kita temukan akan semakin meningkat, tapi tidak berarti semua kasus positif harus diisolasi di RS. Ada beberapa kasus tanpa gejala yang akan kita isolasi di rumahnya, secara mandiri," ujar Yuri.

Salah satu alasan isolasi mandiri di rumah adalah untuk mengurangi pasien di rumah sakit agar tidak membeludak. Adapun pasien yang bisa melakukan isolasi mandiri di rumah adalah mereka yang mengalami gejala ringan.

"Kenapa tujuannya mereka (mengisolasi diri) di rumah saja? Ya kalau gejalanya minimal, ya supaya rumah sakitnya enggak penuh," lanjutnya.

Menurut Yuri, rumah sakit saat ini didatangi banyak orang bukan hanya yang positif COVID-19 saja, melainkan juga keluarga yang datang menjenguk.

Hal ini menyebabkan jumlah orang yang datang semakin banyak dan kapasitas rumah sakit hampir melebihi batas yang ada.

"Akan tetapi kalau kita lihat dan kita teliti dengan baik sebenarnya banyak yang mereka yang sebenarnya yang tidak perlu diindikasikan untuk masuk ke rumah sakit karena positif dengan keluhan yang ringan sebenarnya cukup untuk melakukan isolasi diri," kata Yuri.

Yuri pun mengungkapkan cara kunci merawat pasien covid-19 dengan cara aman di rumah. Yang paling utama, kata dia, adalah memiliki komitmen yang serius dan dukungan dari keluarga.

"Karena isolasi di rumah ini bukan sesuatu yang sulit, sesuatu yang sederhana. Namun membutuhkan komitmen yang kuat, bukan hanya dari pasiennya tetapi juga dari keluarganya," ucap Achmad Yurianto.

Dilansir dari Kemenkes melalui situs kemkes.go.id, berikut ini beberapa pedoman saat isolasi mandiri di rumah.

1. Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang baik
(memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka).

2. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama.

Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik.

3. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur berbeda).

4. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang yang benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan.

Pengunjung atau penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.

5. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau lingkungan pasien.

Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor.

Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.

6. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah.

7. Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker datar) diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin.

8. Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan masker bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien.

Masker tidak boleh dipegang selama digunakan. Jika masker kotor atau basah segera ganti dengan yang baru.

Buang masker dengan cara yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang). Buang segera dan segera cuci tangan.

9. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau pernapasan (dahak, ingus dll) dan tinja.

Gunakan sarung tangan dan masker jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain.

Cuci tangan sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.

10. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.

11. Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali).

12. Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi secara teratur.

Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih dan 9 bagian air).

13. Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk, dll. menggunakan sabun cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-90C dengan detergen dan keringkan.

Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.

14. Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat membersihkan permukaan pasien, baju, atau bahan-bahan lain yang terkena cairan tubuh pasien.

Sarung tangan (yang bukan sekali pakai) dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan sabun dan air dan didekontaminasi dengan larutan NaOCl 0.5%.

Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan.

15. Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus dibuang di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.

16. Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei).

17. Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah, maka selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan penularan penyakit melalui droplet. (Tribunnews)
A

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar