Apa Khasiat Avigan dan Klorokuin untuk Obati Virus Corona

Sabtu, 21/03/2020 11:19 WIB
Ilustrasi Virus Corona. (radartegal)

Ilustrasi Virus Corona. (radartegal)

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah telah menyiapkan obat yang diyakini ampuh untuk menyembuhkan pasien virus corona baru, yakni, Avigan dan Klorokuin. Pemerintah telah mendatangkan 5.000 butir Avigan dan tengah memesan dua juta butir lagi obat influenza tersebut. Sementara Klorokuin, pemerintah sudah menyiapkan sebanyak tiga juta butir.

Avigan atau Favipiravir adalah obat antivirus dari Jepang yang perusahaan negeri matahari terbit kembangkan, yaitu Fujifilm Toyama Chemical, dan Zheijang Hisun Pharmaceutical produksi. Pada dasarnya, Avigan dikembangkan untuk mengobati virus influenza. Bulan lalu, Avigan diakui sebagai pengobatan eksperimental untuk pasien Covid-19.

“Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan (melawan virus corona),” tutur Zhang Xinmin, pejabat Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China kepada The Guardian.

Live Science menyebutkan, Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA. Virus corona baru yang menyebabkan Covid-19 memang memiliki materi genetik utama RNA, bukan DNA. Obat ini menghentikan replikasi virus dengan melumpuhkan enzim yang disebut RNA Polimerase.

Menurut jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser.B, dan Physical and Biological Science, tanpa ada enzim utuh, virus tidak bisa menggandakan materi genetik secara efisien dalam sel inang.

Avigan menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 pasien virus corona di Wuhan dan Shenzhen. Empat hari usai mendapat obat tersebut, para pasien Covid-19 dites kembali dan menunjukkan hasil negatif. Meski begitu, setengah pasien yang dites memperlihatkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi lebih dari empat hari.

Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat Avigan. Ahli melihat, pasien baru dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca menjalani perawatan.

Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan, ada perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dengan mereka yang tidak. Pada pasien yang mengonsumsi Avigan tampak kondisi paru-paru meningkat 91%. Sedang yang tidak mengonsumsi Avigan, kualitas paru-paru meningkat hanya 62%.

Dalam uji coba di Wuhan, Avigan tampak memperpendek durasi demam pasien, dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari. Di Jepang, Avigan memang diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang. Ahli menemukan, obat ini kurang efektif jika diberikan ke pasien dengan gejala berat.

“Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien,” tutur sumber Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun.

Klorokuin

Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis (kimiawi) yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate. Quinine sulfate berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga menjadi obat bagi pasien malaria.

Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran (Unpad) Keri Lestari mengatakan, kedua struktur tersebut (quinine sulfate dan chloroquine phosphate) memiliki manfaat yang sama dalam proses penyembuhan penyakit malaria.

Klorokuin memang menjadi salah satu senyawa yang dianggap sebagai kandidat antivirus untuk Covid-19. Penelitian telah dilakukan oleh Wuhan Institute of Virology dari Chinese Academy of Sciences.

Penelitian tersebut dilakukan oleh ahli virologi Manli Wang bersama timnya, dan telah dipublikasikan dalam jurnal Nature. Berdasarkan penelitian awal, klorokuin bisa menghambat kemampuan virus baru untuk menginfeksi dan tumbuh di dalam sel saat diuji pada kera.

Science News menyebutkan, klorokuin bisa memblokir infeksi virus dengan mengganggu kemampuan beberapa virus, termasuk virus corona baru, untuk memasuki sel. “Klorokuin juga bisa  membantu sistem kekebalan tubuh melawan virus tanpa jenis reaksi berlebihan, yang dapat menyebabkan kegagalan organ,” sebut para peneliti.

Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit FKUI dr Nafrialdi sebelumnya menekankan, perlu uji klinis untuk bisa menetapkan klorokuin sebagai obat untuk melawan virus corona.

Nafrialdi juga memiliki kekhawatiran karena klorokuin sebagai obat antimalaria juga sudah tidak lagi digunakan karena banyak kasus resisten malaria di sejumlah wilayah, termasuk Papua. Kendati demikian, bila memang klorokuin bisa menjadi obat bagi pasien Covid-19, maka itu merupakan sinyal awal.

“Jangan langsung diterjemahkan bisa langsung dipakai. Perlu dilakukan serangkaian uji klinis untuk bisa menyatakan obat antimalaria menjadi obat virus corona,” tutur Nafrialdi kepada Kompas.com.

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar