Bak Kota Mati, Begini Kondisi Sepinya Italia Saat Lockdown

Kamis, 12/03/2020 08:51 WIB
Tempat wisata di Italia tampak sepi saat negara itu lockdown (Foto: CNN)

Tempat wisata di Italia tampak sepi saat negara itu lockdown (Foto: CNN)

Jakarta, law-justice.co - Italia menjadi negara di Eropa dengan dampak Corona terparah. Negara ini memutuskan untuk mengunci diri (lockdown) sehingga membuat kondisinya amat sepi bak kota mati.

Italia yang semula menjadi salah satu primadona destinasi wisatawan itu kini kondisinya senyap setelah terjangkit Corona. Liga Italia telah dihentikan hingga berbagai tempat wisata terkenal ditutup.

Sebagaimana diwartakan CNN, Rabu (11/3/2020) orang-orang juga tampak menjaga jarak satu sama lain di tempat umum. Antrean warga di pusat perbelanjaan pun kini tak terlihat usai negara itu melakukan pembatasan akibat terjadinya lonjakan orang yang terjangkit Corona.

Berdasarkan laporan AFP, Italia mulai mengunci diri pada Selasa (10/3/2020) waktu setempat.

Perdana Menteri Giuseppe Conte mengumumkan dekrit lockdown ini dengan menekankan berbagai poin yang mengatur orang untuk jangan bepergian, larangan berkumpul di tempat umum, penutupan tempat publik (termasuk tempat wisata), hingga meliburkan sekolah.

Kondisi kawasan Gereja Santo Petrus di Vatikan yang ditutup. (Foto: CNN)

Sementara itu dari laporan CNN, pelayanan keagamaan termasuk pemakanan dan pernikahan juga ditangguhkan. Misalnya, kondisi Lapangan Santo Petrus, Vatikan yang pada Rabu hari ini dimana ratusan kursi dibiarkan kosong. Kendati kawasan Gereja Santo Petrus ini ditutup, Paus meminta para imam untuk berani mengunjungi orang-orang yang terdampak wabah Corona.

Sementara itu salah seorang warga Italia, Lydia Carelli (26) mengatakan, "Ini adalah situasi yang paling aneh yang saya alami selama hidup, pembatasan ini mirip dengan masa perang."

Carelli yang sedang magang di Pengadilan Tinggi Italia yang terletak di Roma itu mengatakan bahwa keluarganya ingin ia kembali ke rumahnya di Naples. Namun ia tak ingin mengambil risiko seandainya ia sendiri ternyata telah tertular virus tersebut.

"Semua orang harus melakukan bagian mereka," imbuh Carelli, yang kelas peradilannya telah ditangguhkan dan kelasnya berlangsung secara online.

"Saya pikir semua (pembatasan) ini perlu, orang harus mengikuti penangguhan untuk menghormati semua orang yang telah meninggal dan akan terus meninggal."

Ia berpendapat, "luar biasa jika dipikirkan bahwa kebiasaan dari satu tempat dapat berdampak global. Ketika kita mengakhiri masa isolasi ini, kita harus benar-benar memikirkan kembali gaya hidup kita."

Di sisi lain, seorang turis asal Inggris yang tengah berkunjung ke Roma, Adrian Toll mengatakan bahwa tempat wisata telah kosong.

"Semua tempat, restoran-restoran, semuanya sepi. Tak ada orang di sana. Saya dapat merasakan apa yang mereka rasakan. Saya dapat merasakan bahwa Italia sangat, sangat berjuang,"katanya.

Saat ini Italia juga memberlakukan jam malam, dimana mulai pukul 6 sore, seluruh restoran dan bar ditutup. Hanya ada beberapa bus yang beroperasi di sepanjang rute.

Selain itu polisi-polisi juga tampak berjaga sembari beberapa orang berjalan ke supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Kondisi cafe di Venisia yang sepi pengunjung. (Foto: CNN)

Untungnya masyarakat tampaknya tak perlu terlalu khawatir akan kesulitan mendapatkan makanan saat Italia lockdown ini. Aplikasi pengiriman makanan, Deliveroo mengirimkan pesan singkat kepada pelanggan. Judulnya, "tetaplah di rumah: Deliveroo aktif".

Mereka akan terus mengirimkan pesanan makanan dari beberapa restoran setelah lewat jam malam. Senada dengan Deliveroo, aplikasi Just Eat juga menerima pesanan dari restoran seperti biasanya.

Kebijakan lockdown yang diambil untuk mencegah penyebaran Corona ini rupanya tak semudah itu membuat warga Italia tenang. Orang-orang merasa khawatir dengan lockdown yang akan berlaku sampai 3 April mendatang.

Seorang warga yang tinggal di Gunung Abruzzo, Roma Timur bernama Filomena Gasparri (82) mengatakan bahwa semua orang merasakan tensi dari lockdown ini.

"Saya hidup selama Perang Dunia II, saya masih anak-anak waktu itu, tapi situasi saat ini sangat mengagetkan karena saya tak pernah melihat sesuatu seperti ini."

"Saya gelisah karena saya tidak tahu kapan ini akan berakhir, kamu tak bisa bebas melakukan apapun yang kamu mau, kamu merasa seperti seorang pertapa," ujarnya.

Suami Gasparri, Emidio (86) membenarkan kekhawatiran sang istri. Lockdown nasional ini juga telah membuat resor ski di kota mereka, Rivisondoli ditutup.

"Mereka (pemerintah) menutup resor ski karena situasi menjadi kacau. Mayoritas orang tidak bertindak rasional. Mereka mencari perlindungan di sini karena berpikir bahwa virus Corona tidak akan pernah sampai di pegunungan."

"Beberapa anak muda mengatakan bahwa kita akan baik-baik saja, ini hanya penyakit untuk orang tua, tapi tidak demikian."

Menurut Emidio, virus ini terus menyebar karena mereka terus, "memeluk dan mencium dan hidup seakan tidak terjadi apa-apa."

Polisi mengecek tujuan perjalanan dari masyarakat. (Foto: CNN)

Saat ini di Italia setidaknya 10 ribu orang terjangkit Corona dimana 600 orang telah meninggal. Negara ini menempati posisi kedua sebagai negara dengan kasus Corona terbanyak setelah China.

Kondisi terkini di Italia, orang-orang hanya boleh melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis atau alasan kesehatan, dimana perjalanan mereka akan dicek oleh polisi yang berjaga di jalan raya dan kereta. Bandara juga tetap dibuka namun sejumlah penerbangan ke Italia telah dibatalkan. (detik.com)

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar