Terobsesi Makan Sehat? Bisa Jadi Gangguan Orthorexia

Sabtu, 29/02/2020 16:14 WIB
Salah jenis penyakit kejiwaan Orthorexia (Foto : health.clevelandclinic.org)

Salah jenis penyakit kejiwaan Orthorexia (Foto : health.clevelandclinic.org)

Jakarta, law-justice.co - Bagi Anda yang terbiasa memakan makanan bergizi perlu waspada. Apalagi jika Anda terlalu terobsesi hidup sehat dengan menu makanan sehat, Anda bisa terkena gangguan Orthorexia.

Gangguan orthorexia dengan fokus berlebih terhadap pola diet sehat yang dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari. Penderita orthorexia biasanya tidak terlalu mementingkan penurunan berat badan tetapi lebih ke jenis makanan yang dikonsumsi.

Apa itu gangguan orthorexia?
Orthorexia merupakan salah satu gangguan makan yang diindikasikan dengan obsesi berlebih terhadap pola makan sehat. Meskipun demikian, gangguan mental ini belum dimasukkan ke dalam Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang merupakan panduan dari psikiater.

Penderita gangguan orthorexia terlalu fokus terhadap jenis makanan sehat yang dikonsumsi daripada jumlah makanan yang dikonsumsi ataupun seberapa banyak berat badan yang bisa diturunkan.

Sekilas, gangguan ini sulit dibedakan dengan penerapan pola makan sehat biasanya, tetapi terdapat beberapa indikasi dari gangguan orthorexia, seperti:

- Terobsesi dengan kualitas makanan yang akan dikonsumsi
Penderita orthorexia pasti akan selalu memeriksa tabel nutrisi dan komposisi secara berlebihan. Penderita gangguan ini sangat khawatir jika harus mengonsumsi pengawet, gula, ataupun senyawa kimia lain yang ditambahkan dalam makanan. Bahkan, penderita orthorexia hanya akan mengonsumsi jenis makanan tertentu yang dibuat dari bahan-bahan spesifik, seperti hanya mengonsumsi daging sapi yang diberikan pangan organik.

- Memiliki pola makan yang kaku
Menjaga pola makan tidak berarti Anda menjadi kaku dan benar-benar membatasi apa yang dikonsumsi. Penderita orthorexia akan merasa sangat cemas dan stres ketika dirinya tidak mengikuti aturan pola makan yang ditetapkan.

- Penderita orthorexia dapat merasa malu
Merasa bersalah, depresi, dan bahkan menghukum dirinya sendiri ketika tidak mampu menjalani pola makan yang telah ditetapkan.
- Menjauhi jenis makanan tertentu
Penderita orthorexia bisa merasa bahwa jenis makanan tertentu tidak sehat untuk dikonsumsi dan tidak boleh dimakan. Contohnya, makanan tinggi karbohidrat atau produk susu.
- Selalu memikirkan apa yang harus dikonsumsi
Mengatur makanan apa yang akan dikonsumsi besok atau selama minggu adalah hal yang normal. Namun, Anda kemungkinan mengalami orthorexia jika Anda selalu memikirkan apa yang harus dikonsumsi tiap jam setiap harinya.

Berdampak ke kehidupan sosial
‘Pola makan sehat’ yang Anda tetapkan berdampak negatif terhadap kehidupan sosial yang dimiliki. Penderita orthorexia dapat mengisolasi dirinya dari acara makan bersama keluarga dan teman karena takut tidak bisa mengatur jenis makanan yang akan dikonsumsi.

Misalnya, Anda rela tidak ikut pesta pernikahan sahabat atau anggota keluarga Anda karena tidak ingin mengonsumsi makanan tidak sehat yang disajikan di acara pernikahan.

Gangguan makan orthorexia tidak hanya berakibat buruk secara sosial, tetapi juga dapat berdampak secara fisik dan psikologis. Gangguan ini dapat memicu malnutrisi, kekurangan mineral tertentu ataupun gangguan pada tubuh akibat penerapan pola makan yang terlalu ketat. (Sehatq.com)

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar