KPAI Dorong Investigasi Peristiwa Susur Sungai di SMP Sleman

Sabtu, 22/02/2020 20:00 WIB
Siswa SMPN Turi I, Sleman, Yogyakarta hanyut terbawa arus sungai (Timesbali)

Siswa SMPN Turi I, Sleman, Yogyakarta hanyut terbawa arus sungai (Timesbali)

law-justice.co - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengingatkan seluruh sekolah di wilayah Indonesia untuk memperhatikan cuaca ekstrim yang sewaktu-waktu mungkin terjadi. Lembaga itu mendorong agar dilakukan investigasi terkait tragedi hanyutnya ratusan siswa SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta.

Komisioner KPAI Jasra Putra menegaskan, setiap kegiatan sekolah yang berkaitan dengan alam wajib mempertimbangkan faktor cuaca. Terkait kejadian di Sungai Sempor, Sleman, Jasra mempertanyakan, apakah pihak sekolah sudah mencari informasi yang cukup tentang aliran arus sungai dan mendapat izin dari pihak yang berwenang?

"Saya kira penting dilakukan investigasi, agar para keluarga yang siswa-siswinya meninggal dapat tahu penyebabnya. Ada kewajiban sekolah, Dinas Pendidikan Sleman, dan pihak berwenang atas penggunaan sungai Sempor. Jelaskan peristiwa tersebut kepada para keluarga korban," kata Jasra, Sabtu (21/2/2020).

Tidak hanya itu, kata dia, sekolah juga harus mengenal Child Safe Guarding tentang batasan aman dan kode etik bekerja dengan anak, melibatkan anak, mengukur batas kemampuan anak, dan mempertimbangkan keberagaman usia anak.

"Apakah anak bisa berenang atau tidak, bagaimana kondisi fisiknya? Dinas Pendidikan Sleman sebaiknya mengawasi dan mengingatkan agar kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah, apalagi di alam, perlu mendapat perhatian lebih tentang kondisi cuaca yang sewaktu waktu bisa berubah," ujar Jasra.

Kejadian hanyutnya siswa SMPN 1 Turi di sungai Sempor terjadi pada Jumat (21/2/2020) siang, dalam kegiatan alam ekstarkulikuler Pramuka yang diikuti 257 siswa. Saat kejadian ada 7 guru yang mendampingi.

Sampai saat ini, Tim SAR Gabungan menyatakan 8 orang meninggal dunia, belasan lainnya masih dinyatakan hilang.

"KPAI turut berbelasungkawa. Mari kita berdoa semoga korban yang hilang bisa selamat dan para korban meninggal segera ditangani dengan baik," ujar Jasra.

Ini kejadian kedua dalam kegiatan mengenal alam yang memakan korban. Sebelumnya, 5 siswa meninggal dari SMP Budhaya III Duren Sawit Jakarta Timur pada 25 Oktober 2019 saat wisata di Sungai Ciujung Banten.

(Lili Handayani\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar