Dr. Safri Muis, Pengamat Politik Universitas Kebangsaan:

Resuffle Kabinet Hak Prerogatif Jokowi, Relawan Tak Perlu Turut Campur

Sabtu, 22/02/2020 09:56 WIB
Ilustrasi Jokowi Maruf Sedang Menyusun Kabinet di Istana Negara (Beritagar)

Ilustrasi Jokowi Maruf Sedang Menyusun Kabinet di Istana Negara (Beritagar)

[INTRO]
Perjalanan Kabinet Indonesia Maju dibawah pimpinan Presiden Jokowi ini relatif berjalan sesuai dengan koridor konstitusi. Arah dan kebijakannya sudah jelas, namun beberapa organisasi relawan Jokowi menghembuskan info akan adanya resuffle kabinet
 
Memang beberapa kebijakan yang diambil oleh beberapa Menteri sempat terjadi riuh dan polemik, akan tetapi setelah Menteri tersebut menjelaskan dan memberikan narasi yang sejuk, maka perjalanan pemerintah kembali ke rel yang benar agar ada harapan akan terjadinya perbaikan dalam segi kehidupan ekonomi, sosial politik maupun bernegara.
 
Demikian dikatakan pengamat kebijakan publik, Dr. Safri Muis kepada Law-Justice.co di Jakarta, Sabtu (22/2). Menurut dia, Menteri yang menduduki jabatan cenderung adalah tokoh dan putra terbaik bangsa. Sehingga pilihan Presiden Jokowi tersebut, membuat rakyat Indonesia menaruh harapan dan asa yang lebih baik dibandingkan dengan susunan kabinet sebelumnya.
 
Para Menteri seharusnya berlomba memberikan yang terbaik dalam menentukan kebijakan pemerintah. Tetapi memang ada beberapa Menteri yang tidak cepat dalam mengikuti alur pemikiran Presiden Jokowi. Tapi lambat laun mereka bisa menyesuaikan dengan keinginan Presiden. Dan Presiden Jokowi selalu mengingatkan tidak ada program kerja Menteri yang ada program kerja Presiden.
 
Karena Menteri adalah para pembantu Presiden, bukan jabatan politis seperti Kepala Daerah. Mereka harus menjalankan apa yang ditugaskan oleh Presiden, bukan membuat kebijakan sendiri. Tetapi mereka harus menguatkan serta menjalankan dangan tertib apa yang Presiden perintahkan, lanjut Safri.
 
Memang dalam perjalanan kabinet Indonesia Maju ini beberapa kejadian yang membuat riuh dan gejolak perpolitikan nasional, tapi riak dan gaduh itu dapat diatasi dengan cara sejuk Presiden Jokowi. Beliau dengan narasi yang cenderung tidak berapi-api, tetapi menyentuh substansi yang di perdebatkan oleh publik. Tanpa ekspresi yang jauh dari reaktif, membuat rakyat merasa masih menaruh harapan akan janji-janji kampanye Presiden, urai Safri.
 
Setelah 100 hari Kabinet Indonesia Maju ini, para Menteri harus mampu mengurai benang kusut berbagai masalah. Untuk kasus yang sudah berlarut-larut, para menteri harus berani mengambil alternatif tegas dan kongkret. 
 
Safri mengatakan, tekanan negara-negara besar seperti China yang lagi dikucilkan oleh masyarakat dunia, karena virus coronanya. Semua negara begitu masif dan keras melarang semua yang berbau China, akan tetapi Presiden Jokowi dan jajaran pembantunya, yaitu Menteri-Menteri di kabinet Indonesia Maju, bahu membahu memberikan narasi kepada rakyat, bahwa pemerintah hadir dan Pemerintah terdepan dalam menanggulangi penyebaran virus corona ini. 
 
 
Para menteri harus jeli memanfaatkan peluang investasi dan ekspor pasca Cina yang sedang dijauhi berbagai negara karena corona. Kesejukan perpolitikan dalam negeri setelah 100 hari kabinet Indomesia Maju ini memberikan harapan yang besar, bahwa pembangunan baik pembangunan fisik maupun pembangunan dalam bidang ekonomi dan politik bisa berjalan sesuai dengan harapan dan amanat konstitusi Indonesia.
 
Sehingga kalaupun ada resuffle, Presiden tentu paling tahu apa yang akan dilakukan serta siapa Menteri yang harus diganti. Relawan Jokowi tidak perlu mengajari Presiden soal resuffle kabinet. Resuffle adalah hak prerogatif Presiden, sehingga beri waktu Presiden untuk memutuskan yang terbaik tanpa perlu relawan Jokowi terus meneriakkan isu akan adanya resuffle, tegas Safri. 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar