Meski Ditempeleng TNI, Sersan Badri Tak Ngaku Dirinya Intel Kopassus

Minggu, 16/02/2020 17:30 WIB
Ilustrasi pasukan khusus (Tribunjambi)

Ilustrasi pasukan khusus (Tribunjambi)

[INTRO]

Kisah ini terjadi pada tahun 2003 saat penyamaran Kopassus yang sangat berbahaya menyusup ke lingkaran utama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.

Dikutip dari Tribunjambi dalam buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan EA Natanegara dikisahkan saat itu, seorang prajurit Kopassus, sebut saja Sersan Badri (bukan nama sebenarnya) harus mengecoh patroli tempur TNI dan juga harus melarikan anggota pemberontak ke Malaysia.

Awalnya, Sersan Badri melakukan analisis ada istiadat masyarakat Aceh, kultur, budaya dan sosial. Analisis itu untuk memperoleh gambaran lengkap situasi lapangan yang bakal dihadapinya kelak.

Nyatanya, Sersan Badri mendapatkan fakta bahwa sangat sulit untuk bisa masuk ke lingkup organisasi GAM. Namun, atasan tetap meminta misi dilaksanakan, apapun risikonya.

Sersan Badri menerapkan hasil orientasi lapangannya. Dia menyamar menjadi pedagang buah durian. Dagangannya saban kali dikirim dari Medan ke Lhokseumawe. Lucunya, suatu hari saat ia mengirim buah durian menuju Lhokseumawe. Sersan Badri harus melewati pos penjagaan aparat keamanan Indonesia.

Ia kemudian ditempeleng oleh aparat lantaran meminta jatah buah durian dari Sersan Badri. Rupanya, karena operasi clandestine (penyamaran) hanya diketahui segelintir orang di Indonesia yang tahu.

Singkat cerita, Sersan Badri semakin terkenal sebagai pedagang durian sukses di Lhokseumawe. GAM pun turut menyoroti kegiatan dagang Sersan Badri yang mungkin bisa mereka manfaatkan. Kemudian, GAM mengajak Badri bergabung.

Sersan Badri bahkan mendapat tugas berat dari para petinggi GAM selama tiga bulan lamanya. Badri harus mengecoh patroli tempur TNI, melarikan anggota GAM ke Malaysia dan masih banyak lagi. Dan, hal yang paling luar biasa, ia malah pernah dipercayai oleh Panglima GAM untuk menyembunyikan istrinya dari kejaran TNI.

Sersan Badri juga pernah ditembaki pasukan TNI, yang notabene kawannya sendiri, saat GAM dikepung.

Bongkar Sumber Dana GAM

Saat Idul Fitri 2004, TNI mengeluarkan perintah untuk menangkap hidup atau mati tiga pentolan GAM, yakni Muzakir Manaf, Sofyan Dawood dan Said Sanan.

Sersan Badri memberikan informasi keberadaan tokoh penting GAM tersebut. Ia memberitahu kepada induk pasukan bahwa ketiganya berada di Cot Girek.

Kemudian tanggal dan jam penyerbuan ditetapkan. Korps Baret Merah dipilih untuk melakukan penyerbuan di rawa-rawa Cot Girek. Sayang dalam penyerbuan hanya Said Adnan dan ajudannya yang berhasil disambar peluru Kopassus.

Sersan Badri juga berhasil mengorek sumber dana utama GAM. Sumber dana GAM rupanya dari perdagangan ganja kering yang berasal dari Aceh Timur dan Aceh Utara.

Ganja tersebut dikirim melalui kapal kecil dari jalur laut ke Malaysia. Selain itu, GAM juga meraup uang dari perusahaan besar yang beroperasi di Aceh dan warga setempat. Mereka diwajibkan memberi dana perjuangan GAM mulai dari hewan ternak, sawah, dan kebun dikenakan pajak.

Sampai berakhirnya pemberontakan GAM karena tsunami Aceh, penyamaran Kopassus Sersan Badri belum diketahui GAM. (Tribunjambi)


(Ricardo Ronald\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar