Ingin Dipulangkan, BNPT Akui Sulit Pulihkan Bekas Anggota ISIS

Sabtu, 08/02/2020 10:27 WIB
ISIS mencatat rekor atas tewasnya 69 korban dari Tentara Nigeria dan pasukan anti-militan Afrika dalam sejumlah serangan yang terjadi selama sepekan, kata kelompok tersebut dalam surat kabar mingguan miliknya, Kamis (18/4/2019). (Antara)

ISIS mencatat rekor atas tewasnya 69 korban dari Tentara Nigeria dan pasukan anti-militan Afrika dalam sejumlah serangan yang terjadi selama sepekan, kata kelompok tersebut dalam surat kabar mingguan miliknya, Kamis (18/4/2019). (Antara)

Jakarta, law-justice.co - Wacana pemulangan bekas anggota ISIS ditentang oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Pasalnya untuk memulihkan kembali pemahaman mereka sangat sulit.

Kepala BNPT Suhardi Alius mengisahkan pengalamannya saat BNPT melakukan pemulangan terhadap 18 WNI eks ISIS dari Suriah pada 2017. Para eks ISIS tersebut tinggal di daerah Raqqa selama hampir dua tahun.

Pada saat itu WNI eks ISIS yang pria langsung diproses hukum. Sedangkan sisanya menjalani deradikalisasi. Dalam rombongan, ada seorang anak yang selama di Suriah telah dibina oleh ISIS dan baru dalam tahap pelatihan.

Meskipun baru dalam tahap pelatihan, ternyata bukan perkara mudah untuk melatihnya melupakan didikan ISIS tersebut. Padahal anak itu belum sampai diajarkan sebagai kombatan teroris. BNPT harus membina anak tersebut, bahkan selama tiga tahun masih terus dilakukan upaya pemulihan.

"Bayangkan susahnya, tingkat kesulitannya untuk mereduksi, menghilangkan traumatis itu," kata Suhardi, saat konferensi pers di Kantor BNPT, Jakarta Pusat, Jumat (7/2) seperti dikutip dari Rmol.

BNPT juga pernah mengurusi WNI yang hendak pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS. Namun perjalanannya terhenti di perbatasan Turki.

Mereka akhirnya kembali ke tanah air dan dibina di tempat rehabilitasi di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur.Meskipun belum sampai ke Suriah, mereka telah mendapatkan pembinaan selama satu bulan sebagai ISIS.

"Bayangkan ada tiga generasi berangkat ke sana. Kakek, nenek, bapak, ibu, sampai cucunya berangkat ke sana. Jadi, betul-betul mindset-nya sudah luar biasa ini perubahannya," kata Suhardi.

Suhardi menuturkan, program deradikalisasi melibatkan semua stakeholder karena BNPT tidak bisa melakukannya sendiri. "Kami tidak bisa kerja sendiri. Kami juga bergantung sama yang lain. Kami bergantung sama Muhammadiyah, sama NU, sama ormas-ormas termasuk psikolog. Enggak bisa kami tanpa bantuan masyarakat pada umumnya. Termasuk mereka yang akan kami deradikalisasi, " jelasnya.

Program deradikalisasi juga dilangsungkan bagi mereka-mereka yang berada di dalam tahanan. Pembinaan yang diberikan dibagi-bagi sesuai dengan tingkatan pemahaman radikalnya. Bahkan mereka juga tidak sungkan untuk mengajak WNI eks ISIS yang telah sembuh untuk ikut membantu BNPT.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar