Buka-bukaan Bos Garuda Baru soal Numpuk Anak Usaha Sampai Tiket Mahal

Jum'at, 24/01/2020 08:34 WIB
Irfan Setiaputra, Dirut Garuda Indonesia terpilih (Foto :sigfox.id)

Irfan Setiaputra, Dirut Garuda Indonesia terpilih (Foto :sigfox.id)

Jakarta, law-justice.co - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra membeberkan berbagai fokus dan strategi yang akan dilakukan maskapai pelat merah itu ke depan.

Hal itu disampaikan Irfan saat tampil perdana dalam jumpa pers.

Menurut mantan dirut PT INTI (Persero) itu setidaknya ada tiga hal yang akan fokus dikerjakan sebagai prioritas dalam waktu dekat, yakni soal keamanan atau safety, peningkatan layanan kepada penumpang, dan mengembalikan kinerja positif perseroan.

Soal kinerja, Garuda diharapkan dapat kembali menorehkan keuntungan mengingat perusahaan pelat merah tersebut juga merupakan milik publik.

Tak ketinggalan, pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1964 tersebut juga berkomentar mengenai tuntutan penurunan harga tiket pesawat. Selain itu, Irfan juga membeberkan langkah perseroan terhadap inisiatif Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan bersih-bersih terhadap anak usaha hingga cucu dan cicit BUMN.

Harga Tiket Pesawat

Harga tiket pesawat yang masih mahal menjadi salah satu fokus pertama yang akan dibenahi oleh jajaran direksi baru Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan telah berdiskusi dengan jajaran direksi mengenai penyesuaian harga tiket pesawat.

"Soal tarif, kita direksi juga diskusi, kita bahas lagi dalam waktu dekat. Tapi kita akan review dari waktu ke waktu bagaimana tarif bisa memenuhi harapan dari para pelanggan kita," katanya seperti melansir detik.com.

Meski belum bisa memastikan kapan harga tiket pesawat Garuda bisa kembali normal, Irfan bilang pihaknya saat ini masih mencari formula agar hal ini bisa direalisasikan. Salah satu strategi Garuda yakni dengan mencari sumber pendapatan baru dari sisi non-aeronautical seperti bisnis kargo, iklan, dan lainnya.

"Kalau untuk avtur bukan 100% domain kita. Tapi kita akan lakukan negosiasi. Untuk maintenance kita lakukan penghematan tanpa mengurangi safety dan aturan SOP yang ada. Kita juga lihat possibility revenue lainnya," ungkapnya.

Polemik harga tiket pesawat memang belum reda. Pengusaha hingga menteri bahkan sempat mengeluhkan perihal ini meski pemerintah sudah melakukan kajian untuk menurunkan harga tiket pesawat.

Mahalnya tiket pesawat diyakini karena hilangnya tarif bervariasi alias sub kelas tarif pada maskapai Garuda Indonesia, sehingga alokasi tarif murah dalam satu penerbangan tak ada lagi. Kondisi tersebut diikuti oleh maskapai-maskapai lainnya sehingga harga tiket pesawat mahalnya merata.

Harga tiket pesawat memang sempat turun selepas libur tahun baru lalu. Namun penurunan tersebut diyakini lebih karena musim liburan telah usai.

Bagaimana dengan anak usaha?

Nasib Anak Usaha Garuda

Irfan mengatakan pihaknya bakal merampingkan jumlah anak usaha Garuda Indonesia. Salah satu opsinya dengan kembali menggabungkan anak usaha ke induk di atasnya.

"Sudah ada beberapa rekomendasi untuk segera dieksekusi beberapa bisnis unit atau anak usaha itu kita masukkan kembali ke induknya. Itu untuk mengurangi jumlah cucu. Ini adalah inisiatif general seperti yang sudah disampaikan Pak Erick sebelumnya," kata Irfan.

Selain itu, pihaknya juga melakukan konsolidasi dengan BUMN lainnya untuk bisnis hotel yang dikelola oleh PT Aero Wisata. Hotel ini rencananya akan dikonsolidasi bersama bisnis hotel BUMN lainnyandi bawah naungan Inna Hotel Group.

"Kita partisipasi aktif untuk konsolidasi hotel di bawah naungan Inna Hotel. Sudah dalam eksekusi untuk lakukan itu," katanya.

Garuda Indonesia sendiri tercatat memiliki 26 anak dan cucu perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Di antaranya low cost carrier (LCC), ground handling, inflight catering, maintenance facility, jasa teknologi informasi, jasa reservasi, perhotelan, transportasi darat, e-commerce & marketplace, jasa ekspedisi kargo, serta tour & travel.

Selain itu, Perseroan juga akan berupaya memperbaiki tata kelola manajemen satu per satu. Namun demikian, dia berharap agar publik bisa membedakan apa yang terjadi selama ini antara fakta atau sekadar persepsi.

"Ada fakta, ada persepsi. Itu beda. Mohon dipahami, yang berkembang selama ini bisa jadi 100% tidak benar. Good corporate governance pasti akan kita jalani," katanya.

Pihaknya juga memastikan seluruh tata kelola perusahaan bisa dilakukan dengan benar sesuai dengan aturan yang berlaku. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menunjuk akuntan publik big four.

"Garuda sudah memutuskan untuk menggunakan auditor big four yang sangat ketat. Saat ini sedang berlangsung. Kita sangat siap jika ditemukan hal-hal yang perlu dikoreksi. Kita akan terapkan GCG sepenuhnya sesuai arahan Pak Menteri (BUMN)" ungkapnya.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar