Anda Mengalami Ini Jika Sering Mimpi Buruk

Sabtu, 25/01/2020 21:03 WIB
Ilustrasi (Matt Fraser)

Ilustrasi (Matt Fraser)

law-justice.co -  

Tidak seorang pun menginginkan mimpi buruk saat tidur. Sayangnya, hal itu tentu tidak bisa dihindari sepenuhnya. Mimpi buruk diyakini terkait juga tentang kehidupan psikologis dan spiritual seseorang. Sedangkan bagi orang lainnya, mimpi buruk dapat menunjukkan suatu kondisi kronis.

Korban trauma, khususnya bagi mereka yang menderita Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD), lebih mungkin mengalami mimpi buruk.

Berdasarkan data dari Sleep Health Foundation, setidaknya ada 90% persen orang dengan PTSD yang melaporkan dirinya mengalami mimpi yang menganggu dan mirip dengan peristiwa traumatis mereka.

"Jika ada peristiwa traumatis, orang-orang ini lebih cenderung mengalami mimpi buruk," kata Anne Germain, profesor psikiatri dan kepala Sleep and Behavioral Neuroscience Center di University of Pittsburgh School of Medicine.

Mimpi buruk juga dapat dikaitkan dengan diagnosis psikiatrik lainnya, seperti depresi atau insomnia. Anak-anak juga bisa terpengaruh.

Germain menjelaskan, mimpi buruk pada anak-anak biasanya dipicu oleh kehilangan hewan peliharaan atau berpisah dengan teman.

Di sisi lain, orang yang menderita kelumpuhan tidur seperti narkolepsi, telah diketahui mengalami halusinasi yang terasa seperti mimpi mengerikan selama tidur maupun terbangun, menurut National Sleep Foundation.

"Orang-orang dengan narkolepsi adalah salah satu pemimpi yang paling intens," ujar Rubin Naiman, psikolog dari University of Arizona Center for Integrative Medicine. "Dalam kasus ekstrem, sering mengalami mimpi buruk dapat secara dramatis meningkatkan risiko bunuh diri," sambung Naiman, dilansir Fox News.

Sebuah studi pada 2017 yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Turku di Finlandia menyimpulkan mimpi buruk yang sering terjadi meningkatkan risiko bunuh diri pada mereka yang menderita PTSD atau pun yang tidak.

Namun, ada obat yang efektif untuk mengontrol mimpi buruk bagi mereka yang menderita PTSD, yaitu prazosin, obat yang awalnya dikembangkan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Untuk mengonsumsinya, sebaiknya tanyakan pada pakar medis.

Sumber: Suara.com

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar