Negara Islam Ini Berikan Asuransi Kesehatan pada Kaum Transgender

Minggu, 05/01/2020 23:01 WIB
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan melakukan terobosan kebijakan dengan memberikan layanan kesehatan kepada kaum transgender (findo)

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan melakukan terobosan kebijakan dengan memberikan layanan kesehatan kepada kaum transgender (findo)

law-justice.co - Pakistan menjadi salah satu negara Islam yang mulai terbuka terhadap isu-isu diskriminasi terhadap kelompok lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT). Pasalnya, dalam waktu dekat pemerintah setempat akan memberikan asuransi kesehatan untuk kelompok transgender untuk pertama kalinya. Dengan begitu, seperti dilaporkan Reuters, kaum yang tergolong rentan ini bisa mengakes layanan kesehatan, termasuk operasi penggantian kelamin.

Terkait kebijakan ini, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan mengatakan pemerintah akan mengambil tanggung jawab bagi kaum transgender yang kerap ditolak ketika mengakses layanan kesehatan. Hal ini juga untuk mencegah terjadinya pelecehan dari petugas rumah sakit dan pasien yang lain.

“(Kebijakan) ini merupakan bagian dari program besar untuk menyediakan asuransi kesehatan yang ditujukan bukan saja kepada orang-orang miskin, tetapi juga kelompok-kelompok masyarakat yang rentang, termasuk kaum transgender.  Setiap transgender dapat mengikuti program asuransi kesehatan ini,” kata Zafar Mirza asisten khusus perdana menteri Pakistan.

Program asuransi kesehatan ini juga merupakan alat untuk melawan diskriminasi terhadap kaum transgender dalam masyarakat Islam konservatif  di Pakistan. Sampai saat ini homoseksualitas masih merupakan kejahatan di negara itu, meskipun kaum transgender sudah diakui di sana sejak 2009.

Sementara itu, Manager Proyek untuk hak-hak kelompok transgender di organisasi Gender Interactive Alliance, Zehrish Khan  menyambut baik kebijakan yang diambil oleh pemerintah Pakistan. Namun ia mengingatkan, skema asuransi kesehatan itu sudah sangat baik, tetapi penyedia layanan kesehatan juga harus peka terhadap persoalan ini.

“Banyak pengguna  narkoba dan alkohol membutuhkan bantuan psikolog dan  empati untuk mengatasi pelecehan yang terus terjadi,”  pungkas Zehrish. (reuters)

(Teguh Vicky Andrew\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar