Wanita Uighur Disebut Dipaksa Menikah Dengan Pria China

Rabu, 25/12/2019 16:35 WIB
Warga Etnis Muslim Uighur. (indonesiainside)

Warga Etnis Muslim Uighur. (indonesiainside)

Jakarta, law-justice.co - Kaum hawa Uighur diklaim turut mendapat tekanan dari Pemerintah China. Dijanjikan mendapatkan uang, tempat tinggal, dan pekerjaan, otoritas memaksa para wanita Uighur menikah dengan pria etnis Han.

Dilansir dari Dream.co.id, Selasa (25/12/2019), klaim tersebut diungkapkan oleh Rushan Abbas. Selama ini, Rushan dikenal sebagai akvitis yang membela hak-hak etnis Uighur yang telah dilanggar Pemerintah China.

"Ini pemerkosaan massal," kata Abbas kepada news.com.au.

Rushan mengatakan para wanita tidak dapat menolak paksaan tersebut. Alasannya, mereka ingin dipandang bukan ekstrimis dengan menjadi istri etnis Han yang kebanyakan ateis.

“(Orang China Han) telah memperkosa wanita Uighur atas nama pernikahan selama bertahun-tahun. Butuh lebih dari setahun bagi media untuk memberitakannya,” ucap dia.

Sementara, Pemerintah China mengklaim pernikahan tersebut merupakan bagian dari program untuk mempromosikan persatuan. Program tersebut memungkinkan para pejabat memantau orang-orang Uighur yang telah sudah beberapa dekade hidup di bawah pengawasan semakin ketat.

Organisasi-organisasi hak asasi manusia telah mengecam program tersebut.

Sementara itu, seorang pejabat China mengatakan kepada Radio Free Asia, tujuan dari program ini untuk " membantu masalah ideologi pada dengan membawa ide-ide baru mereka berbicara kepada mereka tentang kehidupan, di mana pada waktu itu mereka mengembangkan perasaan satu sama lain."

Rashan secara tegas menyebut program ini bohong. " Banyak aborsi paksa. Ini adalah pemerkosaan massal yang disamarkan sebagai `pernikahan`. Gadis-gadis Uighur dipaksa menikahi pria Cina Han dengan kepuasan pemerintah,” ucap dia.

Pada November 2019, media barat melaporkan mengenai keberadaan pria etnis Han untuk memantau rumah-rumah wanita Uighur yang suaminya ditahan di kamp-kamp penjara.

Laporan itu keluar setelah seorang pejabat China yang tidak dikenal memberikan wawancara dan mengkonfirmasi program tersebut. Tapi, dia menyangkal ada sesuatu yang menyeramkan tentang hal itu.

Pemerintah China menyebut program ini dirancang untuk " mempromosikan persatuan etnis" .

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar