Prabowo dan Mahfud, Hendropriyono Titip Pesan Nih Soal Papua

Selasa, 24/12/2019 14:30 WIB
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono (Mediaindonesia.com)

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono (Mediaindonesia.com)

Jakarta, law-justice.co - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (KaBIN) Hendropriyono mendesak Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk tak diam dalam menghadapi kelompok separatis di Papua.

Dilansir dari Fajar.co.id, Selasa (24/12/2019), Hendro meminta Ketua Umum Gerindra itu membantu Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam menangani Papua.

Hendro juga mengalamatkan peringatan itu kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Menurut dia, konflik di Papua sudah digoreng oleh asing, khususnya Australia.

“Kami harapkan bahwa jajaran pemerintah, menko polhukam, menteri pertahanan, semuanya kita ikut berpartisipasi permasalahan ini. Jangan tenang-tenang saja. Karena gini, kita masih saja menggangap mereka KKB, kelompok kriminal bersenjata. Bukan, mereka ini adalah pemberontak,” kata Hendro di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Jenderal purnawirawan TNI ini meminta adik angkatannya di Akademi Militer itu bersama Mahfud MD untuk responsif terhadap konflik di Papua. Sebab, sejauh ini kelompok separatis bersenjata di Papua telah membunuh sejumlah polisi, tentara dan sipil.

“Ini bukan persoalan kriminal copet di pasar malam. Bukan! Ini sudah permainan luar biasa,” tegas Hendro.

Hendro menilai pihak Australia terlalu jaub mencampuri urusan Papua. Menurut Hendro, negara kanguru itu melalui media ABC terus menggalang opini bahwa pemerintah Indonesia melakukan penyerangan di Papua. Sedangkan Papua dianggap sebagai negara merdeka dengan penggunaan diksi Tentara Nasional Papua Barat.

“Ini sudah dalam keadaan menurut saya kritis. Kami lihat kemarin di ABC Australia TB di acara Six O’clock News, itu berita diulang-ulang tentang Papua, tentang kasus Papua, yang betul-betul memprovokasi. Ini nampak sekali penggiringan opini umum supaya masyarakat Australia itu menjadi prokepada langkah-langkah yang nantinya diambil Papua,” kata Hendro.

Hendro juga mendengar informasi intelijen akan ada gerakan menyerang Freeport Indonesia.

“Kalau ini sampai terjadi, kita sudah ketinggalan kereta, dan kita sudah ada di titik the point of no return, titik kita tidak bisa kembali lagi dan kita akan kalah,” kata Hendro.

(Arif Muhammad Ryan\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar