Utang ke 20 Fintech Sampai 400 Juta, Wanita Ini Ingin Bunuh Diri

Senin, 16/12/2019 18:00 WIB
Ilustrsi utang (Okezone Ekonomi)

Ilustrsi utang (Okezone Ekonomi)

law-justice.co - Peer–to–peer (P2P) lending menawarkan kemudahan dalam persyaratan pinjaman. Namun kemudahan ini ternyata bisa membuat utang menggunung bisa kalap mata.

Hal ini dialami oleh Engineer Telekomunikasi Peng Jieze. Ia memiliki hobi gonta–ganti smartphone baru dan sepatu kets mahal. Menurutnya hobi yang dijalankannya tidaklah berbahaya.

Untuk membiaya hobinya awalnya dia meminjam 300 yuan atau setara US$58 (Rp 812 ribu) ke salah satu fintech lending di China. Kemudahan meminjam, cukup dengan ponsel, jadi alasan ia meminjam ke fintech.

Akhirnya dia kecanduan dan meminjam ke 20 fintech. Utangnya menggunung menjadi 100.00 yuan (Rp 201 juta).

"Tidak peduli berapa banyak uang yang saya hasilkan, saya tidak memiliki apa pun yang tersisa untuk diri sendiri dan harus menggunakan hampir semua penghasilan melunasi utang," kata Peng Jiezo seperti dikutip dari The Strait Times, Senin (16/12/2019). Ia menyebut perangkap utang ini sebagai "jurang maut".

Tahun ini, masalah baru muncul. Pemerintah China menutup ribuan fintech lending, sebagian besar yang ditutup merupakan tempat ia meminjam uang. Alhasil, ia harus meminta orang tuanya melunasi pinjaman lama.

Seorang wanita berusia 22 tahun asal Shangdong Timur juga bermasalah dengan fintech lending. Kemudahan yang ditawarkan pinjaman online ini membuatnya berutang hingga 200.00 yuan (Rp 262 juta).

Tumpukan utang ini dipakai membayar uang sewa dan berbelanja. Tumpukan utang ini membuatnya malu sehingga berencana bunuh diri.

"Rasa malu dan turunnya motivasi telah mengakhiri hidup," jelasnya.

Chen Baihua, pria berusia 25 tahun dari timur Provinsi Zhejiang telah berutang 130.000 yuan (Rp 262 juta). Ia melunasi utang ini dengan meminta bantuan pada orang tua. Pengalaman ini menyebabkan ia `trauma` meminjam dan harus menelan pil pahit karena kredit ratingnya buruk, yang membuatnya kian sulit meminjam ke lembaga keuangan.

"Orang tua saya mengatakan mereka hanya akan membantu saya kali ini saja. Jika itu terjadi lagi, mereka takkan perduli lagi apakah saya hidup atau mati," katanya. "Uang mudah bisa dengan mudah membuatmu kesal."

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar