Waspadai Penyakit Kejang Demam Pada Anak Anda

Sabtu, 14/12/2019 12:21 WIB
Waspadai kejang dan demam pada Anda yang menandakan adanya infeksi penyakit (Foto:Dokterpost.com)

Waspadai kejang dan demam pada Anda yang menandakan adanya infeksi penyakit (Foto:Dokterpost.com)

Jakarta, law-justice.co - Kejang dan demam sering terjadi pada anak Anda, khususnya balita. Kejang demam merupakan kondisi yang terjadi ketika adanya kenaikan drastis pada temperatur tubuh Si Kecil. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh adanya infeksi dalam tubuh. Selain infeksi, kejang demam ini dapat terjadi karena adanya respons dari otak terhadap kenaikan suhu yang drastis pada hari pertama demam.

Salah satu penyakit yang biasa ada pada bayi adalah penyakit gangguan kejang. Berikut ini 5 jenis gangguan kejang yang barangkali dialami oleh si kecil dan harus segera mendapatkan perawatan dokter seperti dikutip dari id.theasianparent.com.

1. Encephalopathy mioklonik
Awal encephalopathy mioklonik dikaitkan dengan mioklonus, yaitu berupa kedutan otot cepat yang datang pada awal masa kelahiran bayi. Electroencephalogram (EEG) sangat normal dalam kasus ini. Kasus yang banyak terjadi adalah, lebih dari setengah bayi penderita gangguan ini akan meninggal pada tahun pertama kehidupannya.

2. Sindrom Ohtahara
Encephalopathy epilepsi dini juga dikenal sebagai sindrom Ohtahara. Sindrom ini akan sangat mempengaruhi anak-anak ketika mereka berusia beberapa minggu atau bulan.

Terjadinya kejang akan sangat sering dan cukup parah. Sindrom Ohtahara memiliki pola EEG khas yang membantu dalam diagnosis. Mereka yang bertahan hidup dengan gangguan kejang ini bisa jadi akan mengalami kecacatan permanen yang berdampak pada perkembangan tumbuh kembangnya.

3. Sindrom West
Sindrom West adalah nama yang diambil dari seorang dokter Inggris bernama William James West yang menemukan penyakit pada tahun 1841. Sindrom West dikaitkan dengan triad klasik yamg terjadi pada kejang infantil, pola EEG abnormal yang disebut hypsarrhythmia, dan regresi perkembangan. Sindrom West terjadi pada sekitar satu per 1900-1 per 3900 kelahiran bayi.

Obat yang tersedia yang dapat mengobati gangguan, termasuk vigabatrin atau corticotropin. Bahkan obat ini biasanya tidak memiliki dampak yang terlalu besar untuk menyembuhkan bayi.

4. Migrasi Kejang Parsial parah
Gangguan kejang jenis ini biasanya terjadi pada tujuh bulan pertama kehidupan bayi. Kejang jenis ini awalnya jarang terjadi, namun frekuensi kejang akan meningkat jelang 50 hari usia bayi.

Kejang juga akan meningkat dalam berbagai tingkatan durasi. Kadang terjadi hanya beberapa detik dan kadang juga sampai beberapa menit.

5. Sindrom Dravet
Sindrom Dravet dimulai pada tahun pertama kehidupan pada bayi yang sebelumnya tampak sehat. Penampakan awal gangguan kejang biasanya akan tampak saat anak sedang demam.

Perlu diketahui 16 sampai 18 persen anak-anak dinyatakan meninggal setelah terjadinya serangan gangguan kejang. Bisa jadi karena epileptikus, tenggelam, atau kematian tiba-tiba akibat epilepsi (SUDEP).Gangguan kejang yang terjadi hanya sebentar tidak akan berdampak pada otak bayi. Namun jika gangguan kejang tersebut bertahan selama lima menit lebih dan sering terjadi, maka otak bayi akan rusak dan pertumbuhannya juga akan terhambat.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar