Sering Diincar Begal, Turis Asing Mulai Ogah ke Bali

Rabu, 11/12/2019 00:01 WIB
Korban begal Andrew Bateman dan putrinya Hannah mengatakan mereka tidak akan ke Bali lagi (news.com.au)

Korban begal Andrew Bateman dan putrinya Hannah mengatakan mereka tidak akan ke Bali lagi (news.com.au)

law-justice.co - Penjambretan di Pulau Bali semakin memprihatinkan. Korbannya rata-rata turis asing yang sedang mengendarai motor. Para begal tersebut mengincar telepon seluler (ponsel) milik mereka. 

Aksi pembegalan itu, ternyata bukan hanya untuk mendapatkan ponsel korban, namun diduga dilakukan organisasi kriminal untuk mendapatkan informasi berharga di dalam ponsel yang dijambret.

Minggu lalu, seorang murid sekolah asal Newcastle Australia, Lawson Rankin, mengalami kejadian tersebut ketika telepon selular teman yang diboncengnya dijambret. 

Menurut penuturan keluarganya, Lawson berusaha mengejar pelaku namun kemudian ditemukan sudah tergeletak tanpa sadar dalam selokan dan sampai sekarang masih di rumah sakit.

Laporan media Australia News.com.au mengatakan, kejadian semacam ini semakin banyak terjadi di Bali. Korban umumnya adalah turis Australia.

Turis lainnya Andrew Bateman dan putrinya Hannah juga pernah mengalaminya. Bateman dan Hannah (17) harus mengakhiri liburan di Bali lebih awal setelah mereka terjatuh dari motor karena iPhonenya dirampas oleh dua orang pengendara motor.

"Terjadinya cepat sekali," kata Bateman seperti dikutip News.com.au. "Barang berharga kami yang lain tak masalah, namun mereka memepet motor kami dan mencoba merebut iPhone dari tangan Hannah."

"Mereka memegang tangan Hannah dan menariknya dengan kuat. Motor kami menghantam trotoar dan mereka kemudian ngebut. Kami bisa saja tewas karena peristiwa ini."

Bateman dan putrinya mengalami luka parah, dan pembegal tersebut berhasil mengambil ponsel Hannah. Andrew Bateman mengalami luka parah bahunya patah, tulang lehernya cedera dan lima rusuknya juga terluka.

Untunglah putrinya hanya mengalami luka ringan di pergelangan tangan yang patah dan beberapa luka di kaki dan tangan.

"Ini hanya gara-gara iPhone. Kami bisa saja mati karenanya. Nyawa bisa melayang hanya karena HP," kata Bateman lagi. Bateman yang sudah sering bepergian ke Asia Tenggara dan sudah berulang kali berliibur ke Bali mengatakan tidak mau lagi ke sana. Demikian juga putrinya.

"Para pembegal ini mencari sasaran para turis," katanya. "Mereka sangat terorganisir. Dan sudah tahu sasarannya. Hannah begitu ketakutan sehingga tidak berani keluar hotel setelah kejadian," kata Bateman.

Menurut dia, pembegalan iPhone itu tidak sekadar untuk mengambil barangnya, namun digunakan untuk mendapatkan data yang ada di dalamnya. "Istriku mendapat pesan besoknya (setelah pencurian) dan menngatakan iPhone itu sudah ditemukan."

"Namun itu hanya usaha para pencuri untuk mendapatkan AppleID saya, password dan akses telepon. Untung saya sudah melaporkannya sehingga tidak bisa digunakan lagi," tutur Bateman. "Sejak itu kami menerima email berkali-kali dan juga pesan dari Apple. Pesan itu sepertinya resmi namun sebenarnya palsu. Ini tampak jelas kerja organisasi kriminal."

Turis Singapura juga jadi korban

Beberapa bulan lalu, polisi di Bali menangkap dua pria yang diduga terlibat modus pembegalan serupa setelah mereka merampas HP milik turis asal Singapura.

Menurut laporan The Straits Times, Eugene Aathar (24 tahun) sedang mengendarai motor bersama istrinya Dolly Ho (22 tahun), yang menggunakan HP untuk melihat Google Maps.

Dua pria yang juga mengendarai motor memepet pasangan ini lalu menendang motor mereka dan merampas HP Samsung S10. Pasangan turis ini terjatuh dari motor mereka.

Aathar mengalami luka ringan, namun Dolly Ho mengalami bahu patah dan kepalanya terbentur keras.

Bateman mengatakan mereka merasa beruntung karena cedera yang mereka alami lebih ringan dibandingkan dengan apa yang dialami Lawson Rankin yang sampai sekarang masih koma.

"Orang-orang Bali sebenarnya baik-baik namun kita juga harus waspada dengan yang lain. Mereka sekali tidak perduli dengan nyawa kita," ujarnya.

Sumber: ABC Indonesia/abc.net.au

 

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar