Dirut Dipecat, Saham Garuda Terjun Bebas

Jum'at, 06/12/2019 06:30 WIB
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Jakarta, law-justice.co - Pasca Menteri BUMN Erick Thohir memberhentikan Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Ari Askhara, harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk anjlok.

Ari Askhara diberhentikan terkait kasus motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.

Melansir Antara, pada penutupan perdagangan saham kemarin, Kamis (5/12/2019) saham maskapai plat merah berkode emiten GIAA tersebut terkoreksi 4 poin atau 0,08 persen menjadi Rp496.

Saham GIAA sendiri sebenarnya sempat menguat di sesi pertama perdagangan hingga ke level Rp515. Namun pada sesi kedua melemah hingga sempat menyentuh Rp490 atau 2 persen.

Dalam sebulan terakhir, performa saham GIAA sendiri secara akumulatif memang menurun yaitu terkoreksi hingga 15,21 persen.

Adapun frekuensi perdagangan saham GIAA hari ini tercatat sebanyak 2.670 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 23,82 juta lembar saham senilai Rp11,85 miliar.

Harga saham GIAA saat ini memang turun lebih dari 30 persen dibandingkan harga saat Penawaran Umum Perdana (IPO) 750 pada hampir sembilan tahun yang lalu.

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir akan memberhentikan Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara.

Tindakan ino terkait kasus sepeda Brompton dan motor Harley Davidson yang ditemukan di dalam pesawat baru Garuda Airbus A330-900 oleh Bea Cukai beberapa waktu lalu.

Garuda Indonesia mendatangkan pesawat baru, yakni Airbus A330-900 yang bertolak dari Toulouse, Prancis, pada Sabtu 16 November 2019 dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng pada Minggu, 17 November siang.

Pesawat itu mendarat di hanggar nomor 4 milik Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia. Pihak Bea Cukai menemukan beberapa suku cadang (sparepart) motor besar yang tidak diproduksi di Indonesia dalam bagasi pesawat.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar