Ledakan di Monas, Kenapa Banyak yang Rekam Tapi Tak Menolong?

Selasa, 03/12/2019 14:00 WIB
Situasi pasca ledakan terjadi di Monas. (Foto istimewa)

Situasi pasca ledakan terjadi di Monas. (Foto istimewa)

Jakarta, law-justice.co - Sebuah ledakan terjadi di Monas, Jakarta Pusat. Dua prajurit TNI menjadi korban atas peristwa itu. Musibah ini mengundang perhatian banyak orang, terlebih lagi warga yang sempat-sempatnya mendokumentasikan kejadian tersebut.

Dilansir dari Detik.com, kegiatan mendokumentasikan momen dengan ponsel seperti menjadi hal yang tak terpisahkan dalam keseharian. Namun ketika terjadi musibah dan terlihat ada korban luka, beberapa orang di tempat kejadian lebih fokus pada dokumentasi daripada langsung menolong.

Menurut ahli psikologi terapan di Personal Growth, Ghianina Yasira Armand, BSc Psychology, MSc Child Development, hal ini dapat disebabkan oleh adanya error dalam mengatribusikan respons terhadap suatu hal. Dalam psikologi biasa disebut Fundamental Attribution Error (FAE).

"Orang yang melihat musibah terkadang tidak fokus terhadap situasi secara garis besar dan apa yang perlu dilakukan untuk meringankan musibah tersebut. Mereka terkadang terlalu fokus ke aspek internal individual yang terlibat dalam musibah tersebut," ungkap Ghianina saat dihubungi detikcom, Selasa (3/12/2019).

Karena fokus yang dimiliki orang tersebut berbeda, sering kali ia berpikir pada hal lain. Orang yang melihat suatu musibah biasanya memiliki kecenderungan rasa takut atau tidak berani untuk langsung menolong korban. Alhasil hanya mendokumentasikan saja.

Ghianina menjelaskan, munculnya rasa takut karena mereka berpikir akan terjadi dampak yang tidak enak pada diri mereka, dan mereka berpikir jika mereka membantu dapat mencegah keinginan seseorang untuk membantu. Jadi mereka memilih untuk diam dan mengambil dokumentasi saja, daripada menerima dampak dari musibah tersebut.

"Contohnya, jika seseorang melihat adanya tabrakan mobil yang cukup parah. Ada tendensi bagi seseorang untuk berpikir, `Wah itu pasti dia ngantuk, atau mabok` dan mengambil dokumentasi musibah tersebut dibandingkan berpikir situasi secara keseluruhan dan membantu," jelasnya.

(Arif Muhammad Ryan\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar