Benazir Bhutto,PM Perempuan Pertama Pakistan Yang Hidupnya Tragis

Minggu, 01/12/2019 15:15 WIB
Benazir Bhutto (Liputan6)

Benazir Bhutto (Liputan6)

law-justice.co - Hari ini 31 tahun lalu, tepatnya 1 Desember 1988, Benazir Bhutto diangkat menjadi Perdana Menteri Pakistan. Dengan pengangkatan tersebut, ia menjadi wanita pertama yang memimpin sebuah negara muslim.

Bhutto adalah anak dari seorang politisi bernama Zulfikar Ali Bhutto, pemimpin Pakistan dari tahun 1971 hingga 1977. Ia kemudian menempuh pendidikan dan lulus dari Harvard University dengan gelar sarjana pada 1973.

Selain itu, ia mempelajari filsafat, ilmu politik, serta ekonomi di University of Oxford dan memperoleh gelar sarjana pada 1977. Ayah Bhutto dieksekusi saat kepemimpinan diktator militer Mohammad Zia–ul–Haq.

Bhutto pun menjadi pemimpin tituler di partai ayahnya, Pakistan People`s Party (PPP). Ia sering menjadi tahanan rumah dari tahun 1979 hingga tahun 1984.

Melansir laman Britannica, Bhutto kemudian menjalani pengasingan dari tahun 1984 hingga 1986. Ia kembali ke Pakistan setelah adanya pencabutan darurat militer.

Setelahnya, Bhutto menjadi tokoh terpenting di pihak oposisi politik atas Zia. Presiden Zia meninggal pada bulan Agustus 1988 dalam sebuah kecelakaan pesawat yang misterius.

Meninggalnya Presiden Zia tersebut menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Pakistan. Oleh karena itu, dalam pemilihan yang kemudian dilakukan, PPP Bhutto memenangkan kursi terbanyak di Majelis Nasional.

Bhutto pun menjadi perdana menteri pada 1 Desember 1988 dan memimpin pemerintahan koalisi. Selama memerintah, Bhutto tidak dapat berbuat banyak untuk melawan kemiskinan yang tersebar luas di Pakistan, korupsi pemerintah, maupun kasus kriminal yang terus meningkat.

Pada Agustus 1990, Presiden Pakistan, Ghulam Ishaq Khan akhirnya memberhentikan pemerintahan Bhutto atas tuduhan korupsi dan penyimpangan lainnya.

Presiden Ghulam mendorong diadakannya pemilihan baru. Bhutto pun mengalami kekalahan di pemilihan nasional di bulan Oktober tahun 1990.

Setelahnya, Bhutto memimpin oposisi parlementer melawan penggantinya, Nawaz Sharif. Pada pemilihan tahun 1993, PPP kembali memenangkan pluralitas suara dan Bhutto menjadi pemimpin koalisi pemerintah.

Namun, tuduhan baru atas korupsi, kesalahan pengelolaan ekonomi, dan menurunnya hukum dan ketertiban, pemerintahannya pun kembali diberhentikan pada November 1996 oleh Presiden Farooq Leghari.

Pemilih pada 1997 cukup rendah. Bhutto pun mengalami kekalahan atas partai Muslim League Pakistan dari Sharif. Dengan kerja sama Inggris dan Swiss, pemerintahan Sharif melanjutkan tuduhan korupsi kepada Bhutto.

Pada 1999, Bhutto dan suaminya, Asif Ali Zardari, dipenjara dengan berbagai tuduhan tambahan. Keduanya diduga melakukan korupsi oleh pengadilan Lahore.

Namun, keputusan pun berbalik di pengadilan tinggi pada 2001 karena ditemukan bukti adanya campur tangan pemerintah. Setelahnya, Bhutto juga tidak memperoleh akomodasi politis dari Pervez Musharraf di tahun 1999. (Tribunnews)

Permintaannya untuk menghapuskan tuduhan atas dirinya dan suaminya ditolak. Bhutto menghadapi surat perintah penangkapan yang mengharuskan ia kembali ke Pakistan.

Namun, Bhutto tetap tinggal di pengasingan di London dan Dubai dari akhir tahun 1990an. Karena dekrit yang diterbitkan Musharraf tahun 2002, perdana menteri dilarang menjabat untuk tiga kali periode, Bhutto tidak diizinkan turut serta dalam pemilihan di tahun yang sama.

Selain itu, legislasi pada tahun tersebut melarang individu dengan tuduhan pengadilan untuk memimpin partai. Peraturan ini menyebabkan PPP terbagi, mendaftarkan diri sebagai partai baru, cabang yang berbeda secaera hukum, yang bernama Pakistan People`s Party Parliamentarians (PPPP).

Secara legal berpisah dan bebas dari halangan yang disebabkan oleh kepemimpinan Bhutto dalam partai, PPPP pun berpartisipasi dalam pemilihan tahun 2002 dan memperoleh suara yang kuat.Sementara, permintaan Bhutto agar semua tuduhan yang diberikan kepadanya dan suaminya dicabut terus ditolak.

Pada 2004, suami Bhutto dibebaskan dari penjara dan menyusul Bhutto ke pengasingan. Melansir laman History, Bhutto kembali ke Pakistan pada 18 Oktober 2007, setelah Presiden Musharraf memberikannya amnesti atas semua tuduhan korupsi.

Kondisi ini membuka jalannya untuk kembali beserta dengan perjanjian pembagian kekuasaan yang mungkin dapat dilakukan.

Kembalinya Bhutto setelah 8 tahun berada di pengasingan disambut oleh sebuah serangan bunuh diri yang menewaskan 136 orang. Bhutto selamat dalam serangan tersebut.

Bhutto kemudian tewas terbunuh dengan serangan yang sama setelah kampanye pemilihan di Rawalpindi pada 27 Desember 2007. 

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar