Indeks Saham Tertekan, Rupiah Stagnan dan Harga Emas Naik

Sabtu, 23/11/2019 07:50 WIB
Ilustrasi Pergerakan saham dari para emiten (teropong bisnis)

Ilustrasi Pergerakan saham dari para emiten (teropong bisnis)

Jakarta, law-justice.co - Indeks Harga Saham Gabungan masih tertekan di zona merah meskipun bursa saham lainnya di Asia cenderung menguat. Di sisi lain, nilai tukar rupiah berakhir stagnan hari ini.

Berikut ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Jumat (22/11/2019). Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,28 persen atau 17,12 poin ke level 6.100,24, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan tipis 0,03 persen atau 1,57 poin di posisi 6.115,79

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di zona merah dengan kisaran 6.086,83-6.122,48. Lima dari sembilan sektor menetap di zona merah, dengan pelemahan terbesar dialami sektor industri dasar yang turun 1,06 persen, disusul sektor properti dengan pelemahan 0,64 persen. Adapun empat sektor lainnya menguat, dipimpin sektor aneka pertanian yang menguat 0,22 persen.
 
Sebanyak 152 saham menguat, 245 saham melemah, dan 265 saham stagnan dari 662 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Bursa saham Asia pulih dari level terendah tiga pekan pada perdagangan Jumat (22/11/2019), namun penguatan dibatasi oleh ketidakpastian investor atas peluang tercapainya kesepakatan China dan Amerika Serikat.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,2 persen. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,12 persen dan 0,32 persen. Di Hong Kong, indeks Hang Seng menguat 0,25 persen pada pukul 14.08 WIB. Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China melemah masing-masing 0,63 persen dan 1,02 persen.

Pasar tidak banyak bereaksi terhadap pernyataan Presiden China Xi Jinping, Jumat, yang menyebutkan bahwa negaranya ingin membuat perjanjian perdagangan awal dengan Amerika Serikat dan telah berusaha menghindari perang dagang, tetapi tidak takut untuk melakukan tindakan balasan jika diperlukan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berakhir stagnan, pada akhir perdagangan Jumat (22/11/2019). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup tak berubah dari posisi Rp14.092 per dolar AS pada perdagangan hari ini, usai bergerak pada kisaran Rp14.090-Rp14.105 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS menguat 0,013 poin atau 0,01% ke level 97,910 pada pukul 17:43 WIB.

Ada sejumlah hal yang menjadi perhatian pasar sepanjang pekan ini. Dalam risetnya, Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mencatat, indeks harga konsumen (IHK) pada November 2019 akan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,18 persen atau tahunan sebesar 3,04 persen.

Menurut Ibrahim jika perkiraan ini tepat,  inflasi tahun kalender Januari-November 2019 sebesar 2,41 persen secara tahunan. “Inflasi sampai dengan November masih rendah dan terkendali ini artinya masih stabil, sedangkan perkiraan inflasi 2019 sebesar 3,1 persen masih berada direntang bawah sasaran laju inflasi bank sentral tahun ini 2,5 persen - 4,4 persen secara tahunan,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (22/11/2019).

Sementara harga emas menembus level US$1.470 per troy ounce akibat peningkatan permintaan seiring dengan ketidakjelasan negosiasi antara Amerika Serikat dengan China.

Pada perdagangan Jumat (22/11/2019) pukul 19.00 WIB, harga emas spot naik 0,5 persen atau 7,33 poin menjadi US$1.471,4 per troy ounce. Adapun, emas Comex kontrak Februari 2020 meningkat 0,61 persen atau 9 poin menuju US$1.479,5 per troy ounce.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal, dalam publikasi risetnya Jumat malam menyampaikan bahwa harga emas bergerak naik pada Jumat di tengah masih adanya keraguan pasar terhadap prospek kesepakatan dagang sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok.  

 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar