Ekonomi Masih Berat, Kredit Bank Loyo!

Jum'at, 22/11/2019 16:00 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (kedua dari kiri) (liputan6)

Gubernur BI Perry Warjiyo (kedua dari kiri) (liputan6)

Jakarta, law-justice.co - Bank Indonesia (BI) melihat sampai saat ini kondisi perekonomian global masih berat. Ini pun mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Salah satunya pertumbuhan kredit perbankan yang mengalami perlambatan. Di mana pada Agustus tercatat sebesar 8,59% menjadi 7,89% pada September 2019.

Dilansir dari CNBCIndonesia.com, Jumat (22/11/2019). Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kredit perbankan dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari sisi penawaran dan permintaan. Nah dari sisi penawaran semua faktor kondusif atau positif.

Namun yang jadi masalah adalah dari sisi penawaran yang membuat kredit perbankan mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya.

"Tentu saja kami sampaikan kredit belum meningkat pesat karena banyak di dorong oleh belum kuatnya permintaan kredit dari sisi korporasi," ujar Perry di Gedung BI.

Perry menjelaskan, dari sisi penawaran ada tiga faktor yang mempengaruhi. Pertama adalah prospek ekonomi Indonesia ke depannya. Kalau ekonomi bagus maka bank banyak menyalurkan kredit.

Faktor kedua adalah masalah suku bunga. Kalau suku bunga turun maka bank punya kesempatan untuk menambah supplai. Faktor ketiga adalah masalah regulasi dari BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta kebijakan makroprudensial.

"Nah, semua faktor sisi penawaran kondusif, likuiditas cukup, suku bunga turun, aturan direlaksasi, lending standar mengendor, semua faktor dari sisi penawaran perbankan itu positif. Yang belum itu adalah dari sisi permintaan tadi," jelas Perry.

Lebih lanjut, Perry menjelaskan, pelemahan dari sisi permintaan korporasi ini terlihat dari hasil survei BI yang mengindikasikan pada 2020 belum semua korporasi merencanakan investasi.

BI melihat, hanya sekitar 47% korporasi yang merencanakan investasi, sedangkan sisanya masih fokus pada konsolidasi keuangannya masing-masing.

"Sisa 53% nya belum rencanakan investasi dan fokus bagaimana konsolidasi keuangan sehingga ini jadi salah satu indikator kenapa permintaan kredit masih belum kuat dari sisi korporasi," tegasnya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar