Soal Sukmawati, Felix Siauw: Ujung dari Dengki Celaka di Dunia

Senin, 18/11/2019 10:03 WIB
Ustaz Felix Siauw. (Foto: Tempo.co/Maria Fransisca)

Ustaz Felix Siauw. (Foto: Tempo.co/Maria Fransisca)

Jakarta, law-justice.co - Ustaz Felix Siauw angkat bicara terkait pernyataan Sukmawati Soekarnoputri yang membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Presiden Soekarno. Hal tersebut diungkapkan Ustaz Felix Siauw lewat status instagramnya, @felixsiaw pada Minggu (17/11/2019).

Dilansir dari wartakota.tribunnews.com, dalam postingan yang diawali shalawat Nabi Muhammad SAW itu, Ustaz Felix Siauw mengingatkan tentang sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW.

Diungkapkannya, Nabi Muhammad SAW tidak akan marah ataupun membalas apabila disakiti seseorang.

Nabi Muhammad SAW katanya bahkan membalas perlakuan buruk dengan doa dan senyuman.

"Allahumma Shalli `Ala Sayyidina Muhammad. Rasulullah takkan pernah marah bila pribadinya yang dihina. Jangankan itu, dilempari saja dia balas dengan doa, dibentak saja dia balas dengan senyuman," ungkap Ustaz Felix Siauw.

"Pantas nama Muhammad dan Ahmad disematkan padanya. Dia lelaki terpuji dan pantas untuk dipuji-puji. Bukan hanya manusia, bahkan malaikat dan Tuhan-Nya memujinya," tambahnya.

Namun, walau Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah marah walau disakiti, para pengikutnya justru akan membela.

Pembelaan yang akan diperjuangkan katanya berangkat dari kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW.

"Tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk menghinanya. Sebab para pengikutnya pasti akan membelanya, dengan apapun yang mereka punya dan ada," jelas Ustaz Felix Siauw .

Sebab cinta pengikutnya, takkan membiarkan yang dicintai untuk disakiti, meski yang dicintai takkan membalas apapun yang diperlakukan kepadanya," tegasnya.

Walau tidak disampaikan secara langsung, Ustaz Felix Siauw sangat menyesalkan pernyataan Sukmawati Soekarnoputri yang bandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Soekarno.

Padahal, lanjutnya, seharusnya bulan ini adalah bulan untuk mengingatnya, bukan bulan untuk menyakitinya. Harusnya bulan ini untuk belajar darinya, bukan membandingkannya

"Apalagi memojokkan dirinya, seolah dirinya tak berjasa apapun. Padahal milyaran manusia dan ribuan tahun peradaban berhutang padanya," jelas Ustaz Felix Siauw

"Bahkan tak berhenti sampai dunia, keperluan kita kepadanya sampai pada akhirat. Kerinduannya pada kita bahkan sebelum kita menghirup nafas di dunia," tambahnya.

Dirinya mengingatkan kepada Sukmawati Soekarnoputri agar tidak kembali mencela apabila tidak mengenal Nabi Muhammad SAW.

Sebab, apabila terus dilakukan, rasa dengki yang tersimpan di dalam dada akan berbuah celaka.

Bukan hanya celaka di dunia, tetapi juga di akhirat kelak karena menghina Nabi Muhammad SAW.

"Bila tak tahu cinta, jangan kau mencela. Bila tak suka dengan jalannya, jangan namanya didera. Tak cukup benderanya, tak cukup warisannya, kini namanya kau nista. Ketahui, setiap nama yang dulu menentangnya, kini dilupakan dunia. Yang dahulu memerangi risalahnya, kini binasa. Yang mengejek-ejeknya meski dalam hati, terputus dari karunia," jelas Ustaz Felix Siauw.

"Bila yang diucap lisan sudah berbisa, apalagi racun yang tersimpan di dalam dada. Asal tahu saja, ujung dari dengki itu adalah celaka di dunia, dan di akhirat sengsara. Ini bukan menakut-nakuti, hanya nasihat bagi diri sendiri, yang mengkhawatirkan bahwa ia berhenti mencintai, pada Nabi yang lebih utama dari apapun yang ada di bumi," tutupnya.

Dikutip dari Demokrasi.co.id, Sukmawati Soekarnoputri mempertanyakan peran Nabi Muhammad SAW dalam merebut kemerdekaan Indonesia dibandingkan Soekarno.

“Sekarang saya mau tanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno? Untuk kemerdekaan Indonesia?” tanya Sukmawati dalam diskusi bertajuk ‘Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme’ pada Senin (11/11/2019).

Pertanyaan tersebut sempat ingin dijawab oleh beberapa peserta diskusi.

Salah satu yang diperbolehkan menjawab ialah mahasiswa UIN, Jakarta, Maulana.

“Memang benar, pada saat awal abad ke-20 itu yang berjuang adalah insinyur Soekarno…..,” jawab Maulana.

“Sudah cukup saya tanya itu saja,” potong Sukmawati.

Sukmawati menolak adanya anggapan seorang muslim tidak boleh menghormati sosok selain Nabi Muhammad.

“Memangnya kita tidak boleh menghargai, menghormati orang-orang mulia di awal-awal atau di abad modern? Apakah yang selalu menjadi suri tauladan itu hanya nabi-nabi?” tanya Sukmawati.

“Ya oke nabi-nabi, tapi perjalanan sejarah seperti revolusi industri, apakah kita tidak boleh menghargai seperti Thomas Jefferson, Thomas Alfa Edison, orang-orang mulia untuk kesejahteraan manusia?," tambahnya.

“Saya pikir-pikir Anda tidak benar kalau untuk tidak menghargai dan menghormati mereka-mereka yang berbudi mulia,” jelas Sukmawati.

(Arif Muhammad Ryan\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar