Ini 10 Kota di Indonesia Yang Merayakan Maulid Nabi Dengan Unik

Sabtu, 09/11/2019 10:20 WIB
Ilustrasi (Sayangi)

Ilustrasi (Sayangi)

law-justice.co - Maulid Nabi diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam kalender hijriah. Umat Muslim di penjuru dunia pun bersuka cita dalam menyambut kelahiran suri tauladan itu yang jatuh pada 9 November 2019.

Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu hari keagamaan bagi umat Islam, terutama Indonesia yang merayakannya. Dalam memperingati hari kelahiran nabi besar tersebut, tiap daerah di Indonesia kerap melangsungkan tradisi perayaan yang terkesan unik.

Dilansir Dari Okezone, Berikut sederet tradisi unik Maulid Nabi yang dilakukan tiap daerah di Indonesia ketika hari Maulid Nabi Muhammad SAW tiba.

1. Yogyakarta

Di Yogyakarta, ada sebuah budaya yang hingga saat ini masih terus dilestarikan yaitu Sekaten, yang diselenggarakan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Diselenggarakan pada tanggal 5 hingga tanggal 12 dari bulan yang sama. Selain di Keraton Yogyakarta, acara serupa juga diselenggarakan di Keraton Surakarta.

 Sekaten

Perayaan sekaten meliputi `Sekaten Sepisan` yakni dibunyikannya dua perangkat gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Guntur Madu, kemudian pemberian sedekah `Ngarso Dalem` Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X berupa `udhik-udhik` (menyebar uang koin) dan kemudian diangkatnya kedua gamelan menuju Masjid Agung Yogyakarta dan ditutup dengan Grebeg. Hampir setiap tahun, masyarakat Yogyakarta serta Solo dan sekitarnya penyelenggaraan sekaten.

2. Aceh

Di Indonesia, sejumlah daerah kerap menyuguhkan hidangan spesial sebagai salah satu bentuk perwujudan rasa syukur mereka. Salah satu contohnya adalah Aceh. Maulid Nabi dirayakan dengan menyelenggarakan serangkaian acara mulai dari zikir, ceramah agama, hingga kenduri dengan makan bersama.

Selain memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, kenduri juga dijadikan ajang silaturahmi antarwarga desa. Sejumlah orang berkumpul di masjid untuk menikmati hidangan berupa gulai kari kambing dalam belanga besar untuk disantap bersama. Hidangan atau masyarakat Aceh biasa menyebutnya Idang dibawa dari rumah-rumah warga yang dimasak secara sukarela.

3. Cirebon

Panjang Jimat Tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon sejak zaman Khalifah Sholahudin Al Ayubi 1993 M, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi kerap di istimewakan. Tujuannya, tidak lain untuk mengenang dan selalu meneladani Nabi Muhammad SAW.

Tak heran jika di Cirebon pengaruh tersebut hingga saat ini kental diraskan masyarakat, para pemuka agama yang nota bene berada di tiga keraton Cirebon, Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan, pada abad ke 15 lalu mengadopsi kegiatan tersebut yang disesuaikan dengan adat keraton yakni digelarnya upacara panjang jimat atau kerap disebut pelal.

Peringatan Maulid Nabi juga turut digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Dalam ritual ini, kata panjang ditafsirkan secara harfiah, adalah bentuk piring dan perabotan dapur peninggalan sejarah yang diisi dengan makanan dengan dianalogikan dengan prosesi kelahiran nabi.

Sedangkan kata Jimat, merupakan akronim dari kata Diaji dan Dirumat yang berarti dipelajari dan diamalkan yakni ajaran-ajaran Islam dengan manauladani Nabi Muhammad SAW.

4. Padang

 Umat Muslim di Padang Pariaman juga menjalankan Tradisi Bunga Lado. Pada tradisi ini, masyarakat membuat pohon buatan yang nantinya akan dihiasi beragam uang kertas asli.

Adapun uang yang dipakai ialah pecahan Rp10 ribu dan Rp20 ribuan yang ditata rapi. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW atas rezeki yang telah diberikan selama menjalani hidupnya.

Dalam rangkaiannya, setelah mengarak pohon uang, masyarakat sekitar akan menyumbangkan uang tersebut untuk kesejahteraan umat seperti untuk pembangunan masjid. Tradisi ini pun dikenal sebagai ajang silaturahmi antarmasyarakat setempat.

Bungo yang artinya bunga dan Lado yang berarti cabai dalam bahasa Padang ini, merupakan sebuah tradisi yang juga dilakukan masyarakat Padang secara turun-temuran saat Maulid Nabi Muhammad SAW tiba.

5. Sulawesi Selatan

Maudu Lompoa adalah tradisi peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan dan budaya suku Bugis. Secara etimologi Maudu Lompoa berasal dari bahasa Bugis yang artinya Maulid Besar.

Dalam tradisi ini, masyarakat sekitar khususnya pemuda bergotong royong mengarak replika kapal atau julung-julung yang berisikan hidangan khas berupa nasi pamatra (setengah matang) beserta lauk pauk seperti ayam kampung dan telur warna – warni serta hiasan khas Sulawesi. Julung-julung akan diarak menuju pinggir Sungai Cikoang pada puncak perayaan Maudu Lompoa.

Panitia yang mengurus tradisi Maudu Lompoa Cikoang harus memiliki waktu yang panjang, sebab ritual ini mesti dipersiapkan sejak 40 hari sebelum Maulid Nabi Muhammad SAW tiba. Dalam Maudu Lompoa Cikoang, biasanya akan ada pertunjukan seni atraksi budaya yang berpadu dengan unsur agama.

Daerah yang biasanya melakukan tradisi ini setiap tahunnya, yaitu Sulawesi Selatan, khususnya Cikoang, Takalar. Untuk itu, tidaklah heran jika namanya sesuai dengan nama daerahnya.

6. Gorontalo

Masyarakat Gorontalo tak mau kalah dengan daerah lainnya. Mereka juga memiliki caranya sendiri dalam merayakan Maulid Nabi. Masyarakat di sana menyebut kebudayaan itu dengan nama Dikili.

 Dikili merupakan acara zikir semalam suntuk yang dilakukan oleh warga di masjid atau pun musala. Pagi harinya masih ada serangkaian acara lagi yang disebut Walima. Acara tersebut merupakan arak-arakan makanan khas Gorontalo.

Kegiatan ini semakin memperkuat persaudaraan satu sama lainnya. Jadi, makanan dibagikan secara gratis sebagai wujud syukur telah diberikan rahmat dan nikmat yang besar dari Allah SWT.

7. Banyuwangi

Pada perayaan Maulid Nabi di Banyuwangi, mereka memilki tradisi yang biasa disebut Festival Endog-Endogan. Acara tersebut dilakukan dengan mengarak ribuan telur yang ditancapkan pada pelepah pohon pisang.

Ratusan orang mengarak puluhan jodang (pelepah pisang) yang ditancapi telur dan ancak (wadah berisi nasi dan lauk pauk). Masing-masing biasanya ditancapi 50 telur, yang biasanya menggunakan telur itik.

Jodang yang dihias aneka rupa itu diarak dari lima penjuru yang melambangkan jumlah salat wajib bagi umat Muslim. Tak ketinggalan, Salawat Nabi terus dikumandangkan mengiringi arak-arakan telur tersebut.

Tradisi yang telah berlangsung selama puluhan tahun itu biasa digelar, baik di kota hingga ke pelosok desa. Tradisi Endog-Endogan ini memiliki makna filosofi yang tinggi. Endog atau telur memiliki tiga lapisan, yakni kulit telur, putih telur dan kuning telur. Kulit telur diibaratkan sebagai lambang keislaman sebagai identitas seorang Muslim.

Putih telur, melambangkan keimanan, yang berarti seorang yang beragama Islam harus memiliki keimanan, yakni mempercayai dan melaksanakan perintah Allah SWT. Lalu kuning telur melambangkan keihsanan, dimana seorang Muslim yang beriman akan memasrahkan diri dan ikhlas dengan semua ketentuan Allah SWT.

8. Garut

Peringatan unik Maulid Nabi juga diadakan di Garut, Jawa Barat. Warga biasanya memperingati hari lahir Nabi dengan membersihkan pusaka-pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Prabu Kian Santang). Tradisi ini biasa disebut Ngalungsur Pusaka.

Tujuan dari upacara adat ini yaitu untuk menghormati jasa Prabu Kian Santang yang berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam di daerah Pasundan. Prabu Kian Santang merupakan anak dari Prabu Siliwangi yang menjabat sebagai raja di Padjajaran.

9. Mojokerto

Masyarakat Mojokerto memiliki tradisi berupa Grebek Keresan saat memperingati Maulid Nabi setiap tahunnya. Tradisi ini diawali dengan pawai keliling kampung dan pengajian di masjid. Namun yang menjadi fokus utama dalam tradisi ini adalah pohon Keresan.

Pohon yang memiliki ranting kecil dan berbuah manis ini diperebutkan oleh warga Mojokerto pada peringatan Maulid Nabi. Bukan buahnya, tapi hadiah-hadiah berupa hasil bumi dan barang kebutuhan sehari-hari yang digantungkan di ranting-ranting pohon.

Tradisi ini diyakini sebagai cara menyampaikan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang memberikan petunjuk yaitu ajaran agama Islam. Hadiah-hadiah tersebut dianggap sebagai berkah maulid oleh warga.

10. Madura

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Madura dikenal dengan nama ‘Muludhen’. Dalam tradisi ini riwayat Nabi kerap dibacakan dan diselingi oleh ceramah keagamaan tentang akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kehidupan umat manusia di penjuru dunia.

Biasanya dalam tradisi ini, masyarakat sekitar khususnya perempuan mendatangi masjid atau musala dengan membawa tumpeng yang di atasanya terdapat beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan pada tumpeng. Kemudian, para perempuan membagikan tumpukan makanan yang didoakan dan dimakan bersama. (Okezone)

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar