Konflik Bisnis Sriwijaya Vs Garuda,Mau Untung Malah Jadi Buntung

Jum'at, 08/11/2019 08:07 WIB
Ilustrasi Pesawat Garuda dan Sriwijaya Air (Rivan Kurniawan)

Ilustrasi Pesawat Garuda dan Sriwijaya Air (Rivan Kurniawan)

Jakarta, law-justice.co - Pengacara Sriwijaya Air mengatakan kerjasama operasi dengan Garuda Indonesia, yang harusnya membawa keuntungan malah jadi buntung dan menambah beban, yang membuat kondisi Sriwijaya jadi sulit.

Pengacara yang sekaligus salah satu pemegang sahan Sriwijaya, Prof. Yusril Ihza Mahendra mengatakan, kisruh terjadi karena perjanjian selama ini tidak jelas. Kemudian, pihak Garuda dengan mudah melakukan intervensi pada manajemen Sriwijaya.

"Faktanya terdapat banyak kendala dan kekisruhan dalam kerjasama ini karena ketidakjelasan perjanjian awal yang dibuat lebih setahun lalu. Sehingga terjadi salah-menyalahkan. Jadi pihak Sriwijaya merasa bahwa dominasi Garuda terlalu jauh intervensinya kepada Sriwijaya," ujarnya kepada pers di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Yusril mengatakan kerja sama yang mulanya dibangun untuk meningkatkan kinerja Sriwijaya justru membuatnya tambah ambruk. Lantaran, manajemen Sriwijaya dibuat jadi tidak efisien. Sebagai contoh, karyawan Sriwijaya biasanya ditempatkan di asrama malah dipindah ke hotel.

"Padahal Sriwijaya punya asrama-asrama untuk menampung crew pesawat tapi secara sepihak dipindahkan ke hotel. Jadi cost memang akhirnya menjadi lebih mahal daripada selama ini di-manage Sriwijaya sendiri," ujarnya. Akibatnya utang Sriwijaya malah membengkak selama dikelola oleh Garuda," tegasnya. Ada kerja sama yang dibangun setahun lalu itu kemudian direvisi. Revisi perjanjian kerja sama ini  justru semakin memperburuk kinerja Sriwijaya.

"Ironisnya beberapa bulan lalu perjanjian KSO diubah jadi perjanjian KSM, dan dengan KSM itu Garuda secara sepihak menetapkan manajemen fee 5% dan profit sharing 65% bagi Garuda dan itu dihitung dari pendapatan kotor perusahaan. Akibatnya perusahaan bisa kolaps kalau begitu. Jadi ini sebenarnya mau menyelamatkan Sriwijaya atau malah menghancurkan Sriwijaya," tambahnya.

Yusril mengatakan dia datang ke Kantor Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan untuk menyelesaikan masalah ini. Yusril sendiri bertemu Luhut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara.

"Sebagai yang mewakili pemegang saham Sriwijaya dan kesepakatan apa yang telah disepakati dalam pembicaraan 31 Oktober lalu, ada perjanjian sementara yang diperpanjang antara Garuda dan Sriwijaya dan pelayanan berjalan normal seperti biasa," tegasnya.

"Selanjutnya dalam waktu dekat ada revisi atas perjanjian Sriwijaya dan garuda. Pasti saya akan bertanya kepada pemegang saham mayoritas Sriwijaya apakah akan menerima proposal revisi ini, meneruskan kerjasama ini atau malah menghentikannya sama sekali itu nanti diputuskan segera 1-2 hari ini. Tapi yang tadi disepakati adalah bahwa perjanjian sementara diperpanjang sampai 3 bulan, paralel dengan proses revisi juga berjalan," papar Yusril menutup pembicaraan. (PR)

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar