Tendang ISIS, AS Berambisi Ambil Alih Minyak Suriah

Senin, 28/10/2019 17:44 WIB
AS Vs ISIS (Newsweek)

AS Vs ISIS (Newsweek)

Jakarta, law-justice.co - Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) mengaku tertarik untuk membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau perusahaan lain demi memanfaatkan cadangan minyak Suriah.

"Apa yang ingin saya lakukan, mungkin, adalah membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau salah satu perusahaan besar kami, untuk masuk ke sana dan melakukannya dengan benar... dan menyebarkan kekayaan," katanya, sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (28/10/2019).

Presiden Trump telah mengidentifikasi minyak Suriah sebagai prioritas keamanan nasional AS. Ia bahkan telah berkomitmen untuk mengerahkan pasukan untuk melindungi cadangan negara itu ketika ia menarik pasukan dari wilayah utara Suriah.

Hal senada juga dikatakan Sekretaris Pertahanan AS Mark Esper. Ia mengatakan bahwa AS akan mengirim pasukan untuk melindungi ladang minyak Suriah dari militan ISIS.

Sebelumnya, Trump menghadapi kritik pedas dari Partai Republik dan Demokrat, yang menuduh dirinya meninggalkan sekutu Amerika dengan menarik pasukan dari wilayah perbatasan Suriah-Turki. Penarikan itu membuka jalan bagi operasi militer Turki melawan Kurdi, sekutu AS dalam perang melawan ISIS.

"Minyak itu sangat berharga, apapun alasannya," kata Trump.

"Ini memicu ISIS, nomor satu. Nomor dua, ini membantu orang-orang Kurdi, karena memang pada dasarnya diambil dari orang-orang Kurdi ... Dan, nomor tiga, itu bisa membantu kita, karena kita juga bisa mengambilnya,".

Komentar Trump disampaikan saat ia mengumumkan kematian pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdad setelah serangan militer AS di Suriah.

Dalam konferensi pers yang diikuti, Senator AS Lindsey Graham dari South Carolina mendukung fokus Presiden Trump pada minyak Suriah, ketika seorang reporter memper tanyakan "hak hukum dalam hukum internasional" apa yang bisa diambil AS dari minyak Suriah.

"Ini adalah sumber utama pendapatan untuk waktu yang lama bagi ISIS," kata Graham.

"Sekarang berada di tangan Pasukan Demokrat Suriah, yang merupakan Kurdi Arab, kebanyakan Kurdi, menjalin kemitraan dengan Amerika Serikat. Jadi, ini tidak melanggar hukum apa pun. Dalam pandangan saya, apa yang dilakukannya hanyalah akal sehat kebijakan luar negeri."

"Ini adalah win-win," lanjutnya. "SDF akan mendapatkan lebih banyak uang jika kita bisa memodernisasi ladang minyak,".

Mantan Sekretaris Negara Presiden Trump, Rex Tillerson, adalah ketua dan CEO Exxon. Saat ini perusahaan sedang berjuang melawan gugatan hukum yang menuduhnya menyesatkan investor tentang risiko regulasi perubahan iklim terhadap bisnisnya.

Sepanjang tahun ini saham Exxon naik 1,5%, memberinya kapitalisasi pasar sebesar US$ 293 miliar.

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar