Rupiah & IHSG Keok, Pasar Kecewa pada Menko Perekonomian Baru

Kamis, 24/10/2019 07:45 WIB
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Jakarta, law-justice.co - Pasca diumumkannya menteri-menteri dalam kabinet Indonesia Maju Joko Widodo-Maruf Amin periode 2019-2020 kemarin, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memerah pada Rabu (23/10/2019).

IHSG melemah sebanyak 1,08 poin atau 0,02 persen ke posisi 6.224,42 pada awal perdagangan kemarin.

Sementara nilai tukar rupiah terdepresiasi 12 poin atau 0,9 persen ke level Rp 14.052 per Dolar AS dibandingkan sesi penutupan kemarin.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, pasar merespons negatif pengumuman kabinet, terutama terhadap susunan menteri di bidang perekonomian.

"Dana asing kabur Rp 121 miliar pasca pengumuman karena kecewa terhadap pos strategis di bidang ekonomi yang diduduki oleh sosok yang kurang pas," kata Bhima seperti melansir Tribunnews.com, Rabu (23/10/2019) kemarin.

Dia menyebutkan, satu posisi menteri yang kurang pas berada di Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang diisi oleh Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Mantan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Menurut Bhima, jabatan Menko Perekonomian adalah jabatan startegis yang tak seharusnya diisi oleh politisi.

"Lagipula kinerja pak Airlangga di Kementerian Perindustrian bisa dibilang jauh dari harapan. Misalnya deindustrialisasi prematur terus berlanjut, dan pak Airlangga gagal menahan laju deindustrialisasi," kata Bhima.

Dia memaparkan, pada 2015 kuartal II share manufaktur terhadap PDB sebesar 20,8 persen. Kemudian di tahun 2019 kuartal yang sama turun ke 19,5 persen.

Selain itu, Laju pertumbuhan manufaktur sebesar 3.54 persen dinilai jauh dibawah pertumbuhan ekonomi yakni 5.05 persen.

"Saya kira pak Darmin (Menko Perekonomi Kabinet Kerja Darmin Nasution) lebih paham kebijakan makro ekonomi dibandingkan Airlangga. Jadi ini penurunan kualitas kabinet di tengah tantangan resesi ekonomi di depan mata," kata Bhima.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar