Ini Biang Kerok Daya Saing Indonesia Merosot

Sabtu, 12/10/2019 12:29 WIB
Industri tekstil (bogor-today.com)

Industri tekstil (bogor-today.com)

Jakarta, law-justice.co - Daya saing Indonesia turun lima peringkat dari daftar negara paling kompetitif di dunia yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF).

Saat ini Indonesia menempati peringkat ke 50 dari 141 negara, setelah sebelumnya berada di peringkat ke 45 dari penilaian yang sama di 2018 lalu.

Melansir dari CNBC Indonesia dan Detik.com, Jumat (11/10/2019), dari 12 indikator yang diukur, Indonesia hanya mendapat nilai sebesar 64,6. Nilai tersebut turun 0,3 dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan keterangan Peneliti Indef Andry Satrio Nugroho, kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang masih rendah menjadi salah satu penyebab turunnya daya saing negara.

"Di tahun ini turunnya tingkat kompetitif kita problem utamanya bukan regulasi saja yang disederhanakan seperti diagnosis pemerintah tetapi perlu diperhatikan tetapi juga kualitas SDM kita," Jelas Andry, Jumat (11/10/2019).

Menurut penilaian Andry, penurunan kemampuan SDM terlihat dari penurunan indikator di sektor kesehatan, kemampuan tenaga kerja dan kemampuan industri untuk menyerap tenaga kerja tersebut. Selain itu, menurutnya ini merupakan salah satu penyebab investor enggan datang ke Indonesia.

"Ini salah satu jawaban juga mengapa investor enggan datang ke Indonesia," katanya.

Tidak hanya SDM, regulasi juga penting untuk dibuat lebih sederhana, tapi penyederhanaan tersebut harus dengan perencanaan matang dan tidak asal-asalan.

"Jika disederhanakan secara ugal-ugalan tanpa perencanaan matang, bisa jadi kita terkena imbas dari investasi asing yang akan datang. Semua aspek terutama lingkungan dan manusia semua dilibas demi investasi," jelasnya.

Namun secara keseluruhan, pelemahan penilaian terbanyak berada di indikator SDM. Hal itu menunjukkan bahwa permasalahan utama Indonesia saat ini berada di sektor SDM.

"Ranking indeks ini membuktikan, persoalan utama kita bukan di regulasi saja tetapi juga di SDM kita. Ini berbahaya karena kita lihat di ASEAN saja Indonesia memiliki tenaga kerja terbesar. Bonus demografi terus diraih hingga 2030. Tetapi nyatanya kemampuan SDM dan daya serap industri terhadap tenaga kerja kita juga lemah," tegasnya.

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar