Alasan UGM Tolak Kehadiran Ustaz Abdul Somad Dikritik BEM

Jum'at, 11/10/2019 20:17 WIB
Ulama Ustaz Abdul Somad (amirariau.com)

Ulama Ustaz Abdul Somad (amirariau.com)

Jakarta, law-justice.co - Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir alias Fahtur mengkritik sikap kampusnya terkait penolakan terhadap Ustaz Abdul Somad (UAS).

Fathur mengatakan, pada Rabu (9/10/2019) dirinya sudah berbicara langsung dengan takmir masjid kampus (maskam) soal "pertimbangan, persiapan, hingga perdebatan dalam mengundang Ustaz Abdul Somad."

Melansir dari Suara.com, ia pun membagikan empat catatan penting hasil dari pertemuan tersebut. Pertama, kata Fathur, takmir maskamnya sudah menghubungi UAS sejak pertengahan September.

Saat itu telah dikabarkan pula bahwa UAS akan hadir di Jogja pada pertengahan Oktober untuk acara Muslim United, yang saat ini diketahui tengah menuai perdebatan karena panitia ngotot memakai Masjid Gedhe Kauman meskipun telah dilarang pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Fathur juga menyebutkan, UGM telah memberikan Term Of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk UAS, dengan tema "Integrasi Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK): Fondasi Kemajuan Indonesia."

"Pun jika UAS tidak menyanggupi TOR tersebut, maka UAS tak akan dipaksakan untuk menjadi pembicara," tulis Fathur di Twitter, Kamis (10/10/2019).

Yang ketiga, Fathur melanjutkan, takmir maskam sengaja tak mempublikasikan kuliah umum dengan UAS meski forumnya terbuka.

Terakhir, ia menulis, "Takmir maskam tak pernah diskriminatif dalam menghadirkan pembicara. Mimbar akademik merupakan milik bersama, itu prinsipnya. Pun ketika melihat track record pembicara yang dihadirkan maskam, telah mengakomodir berbagai golongan."

Dirinya juga menambahkan bahwa kejadian terkait UAS ini bukanlah penolakan terhadap pembicara untuk kali pertama di UGM.

Meski begitu, Fathur blak-blakan mengkritik alasan yang disampaikan kampusnya untuk menolak UAS.

"Jikapun UAS dipandang sebagai sosok yang kontroversial, pelarangan bukanlah cara yang ditempuh oleh insan akademik. Melarang UAS dengan ketakutan `pemikirannya tidak sesuai jati diri` adalah bentuk merendahkan akal civitas Gadjah Mada, yang tentu tidak akan menerima mentah-mentah tiap pemikiran," cuit @fathuurr_.

"Kebebasan akademik pada dasarnya mencakup bagaimana kampus menjadi ruang dialektika dan diskusi sebagai salah satu unsur esensial dari sebuah pendidikan. Pembubaran diskusi baik karena tema ataupun pembicara adalah tindakan yang mengkhianati kampus sebagai ruang dialektika," imbuhnya.

Ia juga menyertakan pernyataan Ketua Takmir Masjid Kampus UGM Mashuri Maschab tentang penolakan terhadap UAS. Berikut isinya:

Sehubungan dengan rencana Kuliah Umum bersama UAS dan Prof Indra Bastian pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober pukul 12.45 - 14.30 WIB dengan tema Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan di Masjid Kampus UGM, saya perlu sampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Saya dan Prof Zuprizal (Wakil Ketua Takmir) pagi tadi pukul 08.30 WIB diundang bertemu pimpinan UGM, yaitu Warek Bidang PP dan Kemahasiswaan dan Warek Bidang SDA.

2. Dalam pertemuan tersebut Takmir Maskam dipaksa untuk membatalkan acara Kuliah Umum UAS dengan alasan ada tekanan dari luar.

3. Takmir menolak permintaan tersebut karena forum adalah kajian yang bersifat akademik.

4. Apapun penjelasan takmir ditolak rektorat sehingga deadlock.

5. Dengan dalih Rektor UGM adalah pejabat tertinggi di UGM maka ditegaskan rektorat tidak mengizinkan UAS di acara tersebut dengan berbagai alasan, termasuk menyatakan bahwa Sultan HB X juga tidak menyetujui kehadiran UAS di Masjid UGM.

6. Karena Takmir Maskam UGM tidak mau membatalkan acara tersebut, maka Rektorat UGM akan bersurat kepada UAS tentang pembatalan tersebut.

7. Takmir meminta agar surat resmi pembatalan ke UAS tersebut ditembuskan kepada Takmir sebagai bukti tanggung jawab Takmir kepada jemaah.

8. Demikian penjelasan kami agar dimaklumi bahwa Takmir telah mengundang UAS dalam acara tersebut tetapi Rektorat UGM membatalkannya.

Sebelumnya diberitakan, Keraton Yogyakarta tidak mengizinkan Muslim United, termasuk UAS, untuk memakai Masjid Gedhe Kauman sebagai lokasi ceramah, hingga kemudian beredar surat undangan dari masjid UGM untuk UAS. Namun, UGM ternyata juga menolak masjid miliknya digunakan oleh UAS untuk memberikan kuliah.

"Berkaitan acara yang rencananya diselenggarakan tanggal 12 Oktober 2019, maka pimpinan universitas meminta agar acara tersebut dibatalkan," ujar Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani, Rabu (9/10/2019).

Menurut Iva, pelarangan tersebut dilakukan untuk menjaga keselarasan kegiatan akademik dan nonakademik dengan jati diri UGM, sementara kegiatan yang menampilkan UAS sebagai pembicara dimungkinkan tidak selaras dengan jati diri UGM.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar