Jika Buzzer Digaji Istana, Rocky: Tak Ada Lagi Alasan Basmi Hoaks

Selasa, 08/10/2019 14:20 WIB
Rocky Gerung, pengamat politik (Finroll.com)

Rocky Gerung, pengamat politik (Finroll.com)

Jakarta, law-justice.co - Aktivis dan pengamat politik Rocky Gerung mempertanyakan komitmen pemerintah dalam memberantas hoaks yang bertebaran di media sosial.

Melalui akun twitter pribadinya, Rocky berpendapat upaya pemerintah untuk memberantas informasi bohong di media sosial bakal berbuntut sia-sia.

Sebab, menurut Rocky, keberadaan buzzer seolah dilegalkan jika pemerintah terbukti memang pernah menggunakan jasa para buzzer tersebut.

"Bila istana menggaji buzzer, maka tak ada lagi alasan membasmi hoax. Legaaaal, Ndro," cuit Rocky Gerung seperti melansir suara.com.

Sebelum mengunggah cuitan itu, Rocky juga mengunggah laman artikel yang memuat pernyataan pemerintah yang menyebutkan mereka tidak membutuhkan para buzzer.

Sekadar informasi, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut aktivitas para buzzer pendukung Presiden Jokowi di media-media sosial justru merugikan kepala negara.

Ia mengimbau agar para buzzer atau pendukung Jokowi di media-media sosial membangun situasi yang positif, bukan sebaliknya dan merugikan.

"Emosi yang terbangun para buzzer itu merugikan. Jadi ya yang perlu dibangun emosi positif lah," ujar Moeldoko di Jakarta, Jumat (4/9/2019).

Mantan Panglima TNI itu menuturkan, para buzzer bergerak tidak dalam satu komando, melainkan masing-masing.

Kendati demikian, ia sudah berkomunikasi dengan influencer dan tokoh-tokoh relawan pendukung Jokowi agar menggunakan bahasa yang baik dan tidak saling menyakiti melalui media sosial.

"Saya juga berbicara (kepada buzzer), sudahlah, kita bangsa besar yang harus saling gotong-royong dalam segala hal. Bahkan dalam membangun perasaan bersama juga perlu gotong-royong. Kalau enggak nanti repot," kata dia.

Lebih jauh Moeldoko menilai, buzzer kekinian tak lagi diperlukan. Yang diperlukan adalah dukungan politik, tapi bukan bertipe destruktif.

"Kalau buzzer selalu melemparkan kata-kata yang tidak enak didengar, tidak enak di hati, nah itulah destruktif. Seperti itu sudah tak diperlukan. Semangat mendukung idolanya tetap dipertahankan, tapi semangat untuk membangun kebencian harus dihilangkan," kata Moeldoko.

Ketika ditanya apakah para buzzer perlu ditertibkan saat ini, Moeldoko mengatakan pihaknya tak memunyai kemampuan tersebut.

"Sebab mereka bergerak tanpa dikomando. Tidak ada struktur sama sekali,” tukasnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar