Tumenggung Purbonegoro

Operasi Gagal Membatukan Ambulans Gubernur DKI

Jum'at, 27/09/2019 08:10 WIB
Kicauan @TMCPoldaMetro soal 5 Ambulan DKI bawa batu dan molotov sebelum dihapus (Harianaceh)

Kicauan @TMCPoldaMetro soal 5 Ambulan DKI bawa batu dan molotov sebelum dihapus (Harianaceh)

Jakarta, law-justice.co - Akun @TMCPoldaMetro pada pukul 02.16 wib mengunggah video ambulans Pemprov DKI yang dituduh menyuplai batu dan bensin. Di video diberi keterangan, kejadian pada pukul 02.14 (dua menit sebelum diunggah).

Anehnya, video yang sama diunggah oleh si raja hoaks Denny Siregar pada hari yang sama pada jam 01.24 (52 menit sebelumnya). Dari sini aja sudah enggak masuk akal khan? Melalui akun medosnya, aktivis Dandhi Laksono mempertanyakan video tersebut: "mana batunya?"

Viral soal ambulans Pemprov DKI ini mewabah di group-grup whatsapp. Bentuknya bukan link, tetapi screen capture unggahan twitter @TMCPoldaMetro. Padahal, postingannya sudah dihapus beberapa jam setelah itu. Tetapi apa lacur, screen capture sudah terlanjur viral.

Viralnya memang memanfaatkan psikologis para haters Anies. Bagi mereka, asal ada informasi jelek tentang Anies, sebar! Haters tak pernah fikir Panjang, benar-salah yang penting hantam. Jari mereka tergerak bukan karena akal-budi, tetapi karena emosi.

Singkat cerita, lima ambulans ditahan. Kepanikan terjadi, terutama di jajaran Pemprov dan PMI. Mereka merasa tertuduh dan jadi bulan-bulanan bully di medsos. Meski kebanyakan netizen (yang waras) mempertanyakan kebenaran tuduhan tersebut, namun bagi haters mereka tetap dengan penuh nafsu melancarkan serangan.

Kurang dari satu hari, Polda Metro Jaya klarifikasi. Kabid Humas Kombes Argo Yuwono atas nama Polda minta maaf, mengakui salah: ambulans PMI dan Pemprov DKI ternyata tidak membawa batu dan bensin.

Dibuat cerita way-out-nya: yang membawa batu ternyata `perusuh` yang membawa batu, yang berlindung di mobil ambulans Pemprov.

Soal batu diceritakan, gimana dengan soal bensin? Tidak ada. Kasihan bensin, tidak dimention dalam pernyataan petugas Polda itu. Atau mungkin kelupaan. Dalam satu waktu seseorang biasanya hanya bisa mengarang satu cerita.

Betul bukan? Makanya cerita soal bensin enggak disebut. Sebelumnya dikatakan ada bensin di ambulans Pemprov, mensuplai bom molotov.

Polanya selalu sama, Polisi selalu mencari kembing hitam. Tuduhan yang sama juga dilakukan pada saat demonstrasi sengketa Pemilu di depan Bawaslu, 22 Mei 2019. Ambulans milik Dompet Dhuafa jadi kambing hitamnya.

Dituduh membawa batu kepada para perusuh. Istilah `perusuh` ini khas dari Kepolisian untuk para menyebut para demonstran.

Kali ini yang dikambing hitamkan adalah Pemprov DKI Jakarta, dan juga PMI. Ini tentu karena Gubernunya Anies Baswedan. Screen shoot sudah terlanjur viral, several-viralnya di grup-grup whatsapp.

Terbangun persepsi, seakan Anies Baswedan berada di balik tiap kerusuhan. Framing yang sama juga terjadi saat 22 Mei lalu. Kasihan Anies.

Klarifikasi memang dilakukan, tetapi viralnya isu itu sudah terlanjur menyebar. Jangkaunnya jauh melebihi klarifikasinya. Berkali-kali lipat. The damage has been done. Inilah pola-pola yang dilakukan oleh buzzer.

Mereka tak butuh fakta. Mereka hanya butuh isu, dibuat meme atau screen capture, lalu sebar. Buzzer: Sebar! Membela yang bayar.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar