Skandal, Trump Terancam Terdepak dari Kursi Presiden

Kamis, 26/09/2019 15:33 WIB
Donald Trump Presiden Amerika Serikat (SCMP.com)

Donald Trump Presiden Amerika Serikat (SCMP.com)

Jakarta, law-justice.co - Posisi Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) mulai terancam.

Ini terjadi setelah Kongres AS mengatakan akan memulai langkah penyelidikan impeachment atau pemakzulan akibat mosi tidak percaya terhadap Trump. Presiden kontroversial itu diduga melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

Melansir dari CNBC Indonesia, pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Kongres AS Nancy Pelosi, Selasa (24/9/19).

Skandal Dengan Ukraina

Upaya pemakzulan pada Trump dipicu skandal yang terjadi antara Trump dan Presiden Ukraina Volodynyr Zelensky. Di mana Trump melakukan komunikasi telepon dan meminta Zelensky menyelidiki Joe Biden yang merupakan salah satu rival utamanya di Pemilu AS 2020 nanti.

Skandal ini terbongkar karena adanya whistleblower, diduga pejabat intelijen AS, yang mengeluh mengenai percakapan sang presiden dengan beberapa pemimpin asing. Namun keluhan itu kemudian mengerucut ke hubungan telepon yang dilakukan Trump dan Ukraina.

Dalam panggilan yang dilakukan Juli itu, Trump disebut memaksa Zelensky untuk menyelidiki anak Biden, Hunter Biden. Hunter disebut menjadi salah satu petinggi di perusahaan energi Ukraina, Burisma Group, yang terlibat pencucian uang tahun 2015.

Biden diduga mengintervensi penyidikan dengan mengancam menahan jaminan pinjaman AS bila jaksa yang tengah menyidiki kasus tersebut tidak dipecat. Akhirnya, sang jaksa dipecat tahun 2016 dan anak Biden mundur dari jajaran direksi Burisma tahun 2019.

Dikutip dari Reuters, dalam panggilan telepon, Trump meminta Zelenskiy menyelidiki apakah Biden menyalahgunakan posisinya sebagai wakil presiden saat itu. Ia pun menanyakan apakah benar Biden  mengancam menahan bantuan AS bila keinginannya tidak dituruti.

Biden kemudian membenarkan bahwa dia ingin Shokin dipecat. Tetapi menyebut tidak ada bukti yang menunjukkan dirinya melakukan sesuatu untuk membantu putranya.
 
Menurut BBC News, Trump menekan Ukraina dengan menahan bantuan militer senilai US$ 250 juta. Bantuan telah disetujui Kongres, namun ditunda oleh pemerintah Trump hingga pertengahan September.
 
The Washington Post menulis Trump meminta kepala stafnya, Mick Mulvaney, untuk menahan bantuan setidaknya seminggu sebelum panggilan telepon ia lakukan dengan Zelenskiy.

Membantah Tekan Ukraina

Trump mengkonfirmasi melakukan panggilan dengan Zelenskiy. Trump mengatakan bahwa ia berbicara kepada Zelensky tentang masalah korupsi dan juga tentang Biden dan putranya, Hunter, di antara masalah-masalah lainnya.
 
“Itu adalah percakapan yang menyenangkan di telepon, panggilan yang sempurna,” kata Trump.

“AS memberikan bantuan kepada Ukraina sehingga kami ingin memastikan bahwa negara itu jujur,”.

Dalam Twitter, Trump bahkan menyebut kontroversi ini sengaja diciptakan oleh Demokrat dan media palsu.
 
“Sekarang Media Berita Palsu mengatakan saya “menekan Presiden Ukraina setidaknya 8 kali selama saya melakukan panggilan telepon dengannya,” tulis Trump.

“Ini diduga berasal dari “whistleblower” yang menurut mereka bahkan tidak memiliki pengetahuan awal tentang apa yang dikatakan. Lebih Banyak Demokrat/Media Palsu…” cuit Trump lagi.

Upaya Melengserkan Trump

Mosi tidak percaya muncul ke Trump karena skandal ini. Dalam pemungutan suara yang berlangsung di Kongres AS Selasa, 187 anggota DPR yang mendukung proses impeachment dari total 235 anggota  

“Tindakan Presiden Trump mengungkapkan fakta yang tidak terhormat dari pengkhianatan presiden atas sumpah jabatannya,” kata Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

“Karena itu, hari ini, saya mengumumkan Dewan Perwakilan Rakyat sedang bergerak maju dengan penyelidikan pemakzulan resmi.”

Menanggapi upaya ini, Trump dengan cepat memposting empat tweet. Trump menyebut langkah ini adalah upaya Demokrat mengalihkan perhatian dari keberhasilannya selama menjabat.
 
“Hari yang sangat penting di Perserikatan Bangsa-Bangsa, begitu banyak pekerjaan dan begitu banyak kesuksesan, dan Demokrat dengan sengaja harus menghancurkan dan merendahkannya dengan lebih banyak berita baru tentang sampah Witch Hunt (Perburuan Penyihir). Sangat buruk bagi Negara kita!” tulis Trump di Twitternya.
 
“Pelosi, Nadler, Schiff dan, tentu saja, Maxine Waters! Bisakah kamu percaya ini? Mereka bahkan tidak pernah melihat transkrip panggilan itu. Perburuan Penyihir total!”.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar