Moefreni Moemin, Anak Betawi Pengawal Soekarno di Rapat IKADA
Moefreni Moe`min Pengawal Presiden Soekarno (Foto :Dien Madjid)
Jakarta, law-justice.co - Setiap tanggal 19 Septemper biasanya kita akan ingat peristiwa Rapat Ikada, rapat masa besar-besaran yang dihadiri sekitar 100 ribu orang dengan semangat jibaku menyala dari seputaran Jakarta raya, mereka berkumpul hanya untuk mendengar pidato presiden mereka.
Moefreni muda berdebat dengan seorang opsir Jepang yang memimpin penjagan di sekitar lapangan gambier pagi itu....
"Jika terjadi apa apa saat Bung Karno datang, nyawa saya taruhannya! "... ujar Moefreni sedikit berang pada seorang opsir Jepang....
Ketika itu Jepang sangat khawatir jika akan terjadi kekacauan... hingga mereka menyiapkan lebih banyak serdadu bersenjata di sekeliling lapangan....
Saat Bung Karno berjalan menuju podium di lapangan Gambier.... Moefreni muda dengan pistol yang ia taruh disaku jas nya, berjalan mengiringi sang Proklamator...
Mata Moefreni Mo`mien nyalang ke mana mana, tiap gerak Bung Karno dia awasi dengan ketat, hatinya berdebar kencang...
Bukan mati yang ia takutkan....tapi keselamatan Bung Karno lah yang ia khawatirkan..
Walau Bung Karno hanya sebentar dalam pidato di rapat raksasa itu, namun bagi Moefreni bagai bertahun rasanya....
Itu adalah sepenggal kisah Moefreni Moe`min sang komandan Resimen V Tjikampek ini...
Tiap menyambut peristiwa itu biasanya diputar film dokumenter atau foto-foto tentang peristiwa bersejarah itu.
Yang jarang di ketahui orang adalah peran putra Betawi asli yang mengawal Bung Karno dalam rapat IKADA tersebut.
Dikutip dari buku Bekasi Masa Revolusi dan Buku Catatan Harian Moefreni Moe`min karya Dien Madjid.
Saat itu sebagai bekas anggota peta dengan pangkat Daidanco, tugas beliau menjaga keamanan sang Presiden.
Moeffreini Moe’min adalah anggota pasukan berani mati yang dibentuk untuk mengamankan Presiden dan Wakil Presiden pada saat itu.
Jadi bisa dibilang PBM adalah cikal bakal pasukan pengawal Presiden dan Moeffreini Moe’min adalah anggota PBM atau Pasukan Berani Mati di bawah komandan dr. Mawardi (kelak menjadi nama rumah sakit di Solo ).
Sebagai komandan lapangan yang di tugasi mengawal Bung Karno, bukan tugas ringan untuk anak wakil resisent Djakarta Raja ini melihat Lapangan Ikada dijaga ketat oleh serdadu Jepang.
Setiap serdadu Jepang yang berdekatan dengan rombongan Soekarno-Hatta diawasi oleh tiga orang pemuda.
Para pemuda yang mengelilingi dan mengawasi gerak-gerik serdadu-serdadu Jepang itu adalah anak buah Muwardi.
Dengan pistol di saku dan mata nyalang Moeffreini hampir tak lepas mengawasi Bung Karno, hatinya sebenarnya berdebar dan khawatir, bukan takut mati tapi takut terjadi apa apa pada presiden yang menjadi tanggung jawabnya.
Acara rapat selesai, Bung Karno berhasil mengendalikan masa dan situasi terkendali, sedang Moeffreini Moe’min kelak dalam masa peperangan dengaan Belanda menjadi pemimpin di front terdepan TKR di Cikampek.
Setiap tanggal 19 Septemper biasanya kita akan ingat peristiwa "Rapat Ikada"..
rapat masa besar besaran yang di hadiri sekitar 100 ribu orang dengan semangat jibaku menyala... dari seputaran Jakarta raya, mereka berkumpul hanya untuk mendengar pidato presiden mereka.
Tiap menyambut peristiwa itu biasanya di putar film dokumenter atau photo photo tentang peristiwa bersejarah itu.
Yang jarang di ketahui orang adalah peran putra Betawi asli yang mengawal Bung Karno dalam rapat IKADA tersebut.. photo yang dilingkari merah adalah Moeffreini Moe’min yang kelak menjadi komandan TKR wilatah Cikampek.
Saat itu sebagai bekas anggota peta dengan pangkat Daidanco, tugas beliau lah keamanan sang Presiden, Moeffreini Moe’min adalah anggota pasukan berani mati yang si bentuk untuk mengamankan Presiden dan Wakil Presiden pada saat itu, jadi bisa di bilang PBM adalah cikal bakal pasukan pengawal Presiden dan Moeffreini Moe’min adalah anggota PBM atau Pasukan Berani Mati di bawah komandan dr. Mawardi ( kelak menjadi nama rumah sakit di Solo ).
Sebagai komandan lapangan yang di tugasi mengawal Bung Karno, bukan tugas ringan untuk anak wakil resisent Djakarta Raja ini melihat Lapangan Ikada dijaga ketat oleh serdadu Jepang. Setiap serdadu Jepang yang berdekatan dengan rombongan Soekarno-Hatta diawasi oleh tiga orang pemuda. Para pemuda yang mengelilingi dan mengawasi gerak-gerik serdadu-serdadu Jepang itu adalah anak buah Muwardi.
Dengan pistol di saku dan mata nyalang Moeffreini hampir tak lepas mengawasi Bung Karno, hatinya sebenarnya berdebar dan khawatir, bukan takut mati tapi takut terjadi apa apa pada presiden yang menjadi tanggung jawabnya.
Acara rapat selesai, Bung Karno berhasil mengendalikan masa dan situasi terkendali, sedang Moeffreini Moe’min kelak dalam masa clas dengaan Belanda menjadi pemimpin di front terdepan TKR di Cikampek.
Komentar