Taliban Mulai Dekati Rusia Usai Dialog dengan AS Gagal

Senin, 16/09/2019 09:40 WIB
Ilustrasi perwakilan kelompok Taliban. (CNNIndonesia)

Ilustrasi perwakilan kelompok Taliban. (CNNIndonesia)

Jakarta, law-justice.co - Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan, pasca perundingan damai dengan Amerika Serikat menemui jalan buntu, seorang utusan Taliban bertemu dengan pejabat Rusia.

"Utusan Khusus dari Presiden Rusia untuk Afghanistan, Zamir Kabulov, menerima seorang delegasi Taliban di Moskow," jelas juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia melansir CNNIndonesia.com.

Juru bicara tersebut memang tidak membeberkan kapan tepatnya pertemuan itu berlangsung. Namun, di dalam pertemuan itu, Rusia menekankan bahwa negosiasi antara AS dan Taliban sepatutnya dimulai kembali.

"Taliban mengonfirmasi bahwa mereka bersedia untuk menuju dialog ulang dengan Washington DC," imbuh dia.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat berniat untuk mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan menjadi 8.600 untuk mengakhiri keterlibatan AS di negara Asia Tengah tersebut. Asal, Taliban juga bisa menjamin bahwa tidak ada kelompok teroris yang diburu AS sebagai tempat persembunyiannya.

Untuk itu, Trump berencana bertemu dengan petinggi Taliban dan pemerintah Afghanistan secara terpisah pada 8 September lalu. Namun, Trump berubah pikiran setelah salah satu tentara AS menjadi korban serangan bom di Kabul beberapa waktu lalu.

Trump kemudian mengubur dalam-dalam rencana negosiasi dengan Taliban. Namun, Taliban mengatakan bahwa AS akan rugi besar jika tak melanjutkan perundingan.

"Warga AS akan dirugikan lebih dari yang lain dengan keputusan Trump. Sikap anti perdamaian mereka akan menjadi lebih terlihat oleh dunia, korban dan kerugian finansial mereka akan meningkat, dan peran AS dalam interaksi politik internasional akan didiskreditkan lebih jauh," jelas juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Marinir Kenneth McKenzie, menyatakan bakal lebih gencar menyerang Taliban, selepas rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump serta pihak-pihak yang bersengketa di Afghanistan batal dilakukan.

Dampak dari keputusan Trump menghentikan seluruh negosiasi damai dengan Taliban membuat nasib serdadu AS di Afghanistan kini menggantung. Taliban juga lantas mengancam justru AS akan merugi karena membatalkan negosiasi damai itu.

Ketegangan antara AS dan Taliban ini semakin mengkhawatirkan warga sipil Afghanistan, yang kerap menghadapi teror serangan bom bahkan di Ibu Kota Kabul. Mereka juga akan menggelar pemungutan suara pemilihan presiden pada 28 September mendatang.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar