Kota Berumur 12 Ribu Tahun Ditenggelamkan, Rakyat Turki Protes

Sabtu, 14/09/2019 12:10 WIB
Kota Tua Kota Hasankeyf (foto:balkaneu.com)

Kota Tua Kota Hasankeyf (foto:balkaneu.com)

Jakarta, law-justice.co - Kota tua yang berumur sekitar 12 ribu tahun itu diputuskan pemerintah Turki untuk ditenggelamkan untuk proyek bendungan Ilisu yang kontroversial.

Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit berkendara dari Kota Batman di Turki untuk mencapai kota bersejarah Hasankeyf. Kota ini berada di tepian Sungai Tigris sehingga terlihat seperti sebuah oasis dari kejauhan.

Hasankeyf telah berdiri sejak 12.000 tahun lalu dan merupakan salah satu pemukiman tertua di bumi yang masih dihuni oleh penduduk setempat.

Disana terdapat ribuan gua, gereja dan makam.

Kabar buruknya, seperti dilaporkan The Guardian, Jumat, 13 September 2019, kota bersejarah ini sebentar lagi akan hilang.

Sebagian besar pemukiman warga akan dibanjiri sebagai bagian dari proyek bendungan Ilisu yang kontroversial.

Dikutip dari Pikiran Rakyat.com, pembangunan konstruksi bendungan dan pembangkit listrik sudah dimulai sejak tahun 2006.

Kini tinggal menunggu beberapa minggu lagi sebelum Hasankeyf dilenyapkan.

Meskipun warga setempat dan para aktivis lingkungan melakukan protes atas proyek ini, pemerintah Turki tetap menghimbau penduduk untuk segera mengungsi sebelum 8 Oktober.

Warga pun berupaya membawa kasus ini ke pengadilan hak asasi manusia di Eropa dengan tuduhan perusakan warisan budaya, tetapi tidak berhasil.

Sejak pertama kali direncanakan pada tahun 1950-an, bendungan ini mengundang banyak kontroversi dari berbagai pihak.

Bendungan ini digadang-gadang menjadi bendungan terbesar keempat di Turki.

Daya listrik yang dihasilkan mencapai 4.200 gigawatt, tetapi akan memakan biaya klistrik yang lebih mahal.

Proyek ini diprediksi akan membanjiri sekitar 199 pemukiman warga, ribuan gua buatan, dan ratusan situs bersejarah di Hasankeyf.

Para aktivis menghimbau sekitar 80.000 untuk segera dipindahkan. Mereka juga memperingatkan dampak buruk dari pembangunan bendungan ini, seperti kerusakan alam, menunurunnya keanekaragaman hayati, dan spesies mahkluk hidup yang akan terancam punah.

Ridvan Ayhan (58) adalah seorang anggota aktif dalam organisasi yang bernama Initiative to Keep Hasankeyf Alive. Organisasi ini didirikan pada tahun 2006 sebagai bentuk perlawanan dari proyek bendungan Ilisu.

Setelah berjalan di sepanjang sisi pegunungan, Ayhan sampai di sebuah gereja kuno dalam gua yang ditandai dengan ukiran salib di dindingnya.

“Hasankey bukan hanya cerita kami tapi juga cerita kalian. Ini adalah cerita umat manusia,” ujarnya menjelaskan, seperti dilansir The Guardian.

Tidak diketahui umur gereja kuno tersebut. Ia mengatakan hanya 10% wilayah Hasankeyf yang sudah ditinjau oleh para arkeolog.

“Kami telah mengusulkan area ini menjadi museum terbuka tetapi pemerintah menolaknya,” kata Ayhan.

“Jika kalian mulai menggali disini, kalian akan menemukan berbagai peninggalan kuno yang tiada habisnya.”

Tepat di bawah gereja, terdapat sebuah makam di mana tumpukan tulang manusia dapat terlihat di atas permukaan tanah.

“Pemerintah tidak menghormati mereka yang sudah meninggal,” ujar Ayhan kesal.

“Pemerintah benar-benar barbar.”

Sejarah Turki 
Hasankeyf merupakan bagian dari kisah panjang peradaban kuno dalam sejarah, termasuk Mesopotamia kuno, Bizantium, Kekaisaran Arab dan Kekasiaran Ottoman. Profesor sejarah di University of Central Florida yang bernama Hakan Ozoglo, berpendapat bahwa Hasankeyf merupakan awal mula dari semua peradaban tersebut. “Kota ini banyak disebut dalam tulisan-tulisan kuno dalam berbagai bahasa, seperti Asyur, Armenia, Kurdis dan Arab,” jelas Ozoglo.

Profesor mengibaratkan Hasankey sebagai sebuah laboratorium yang menyimpan banyak jawaban tentang masa lalu.

“Bukti fisik dari masa lalu manusia harus dilindungi bagaimanapun caranya,” ujarnya.

Hanya tersisa delapan monumen bersejarah yang masih berdiri di Hasankeyf. Beberapa diantaranya ialah sebuah menara yang dulunya bagian dari universitas tertua di dunia, separuh gerbang Romawi kuno dan sebuah hamam atau tempat pemandian wanita dari tahun 1400-an.

Monumen ini dipindahkan sejauh 3 km dari tempat asalnya dan kini berdiri di sebuah dataran yang luas.

Dengan tenggat waktu yang diberikan oleh pemerintah, penduduk setempat mulai berdatangan ke tempat-tempat tersebut untuk mengucapkan salam perpisahan. Inilah kesempatan terakhir untuk melihat bagian penting dari sejarah mereka.

Disana hanya sedikit turis yang terlihat karena kurangnya akses masuk menuju Hasankeyf. Ozoglu berpendapat keuntungan dari bendungan ini nantinya tidak akan sebanding dengan potensi wisata Hasankey bila dipromosikan dengan label UNESCO.

“Tidak ada tempat lain di Bumi yang lebih pantas masuk dalam daftar situs yang dilindungi UNESCO selain Hasankeyf.”

Ayhan menggelengkan kepala ketika nama UNESCO disebut. Organisasinya telah berusaha memasukan Hasankeyf ke dalam situs yang dilindungi namun tidak berhasil. “Pihak UNESCO memberitahu bahwa kementrian budayalah yang harus mengajukan permohonon tersebut. Kami sudah menghubungi kementrian tetapi tidak ada jawaban. Seharusnya ini tugas mereka, tapi mereka malah tidak melakukan apa-apa.”

Seorang juru bicara dari kementrian energi dan sumber daya alam hanya berkomentar, “Mengapa kalian ingin membahas Hasankeyf ketika kami disibukkan oleh proyek lain?”

Pihak berwenang Turki juga turut andil dalam mengendalikan aksi protes warga Hasankeyf untuk menghentikan proyek bendungan.

“Jika kami protes, mereka akan memasukan kami ke penjara. Disini tidak ada demokrasi. Jika ada, maka kami lebih bebas melakukannya,” ungkap Ayhan yang pernah ditangkap pada tahun 2012 akibat kegiatannya sebagai aktivis lingkungan dan cagar budaya.

Pemerintah telah membangun “Hasankeyf baru” yang terletak 3 kilometer dari Hasankeyf asli.

Nantinya, 700 rumah tangga akan dipindahkan dan mendiami kota ini sebelum 8 Oktober.

Namun, Eyup Agalday (27) dan istrinya tidak mendapat rumah disana karena pemerintah membatasi pasangan yang menikah setelah tahun 2014.

“Saya harus tinggal dengan orang tua saya lagi. 10 anggota keluarga akan tinggal di satu rumah,” jelasnya.

(Yudi Rachman\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar