Google Larang Karyawannya Bicara Politik, Apa Alasannya?

Kamis, 12/09/2019 21:32 WIB
ilustrasi kantor Google  (foto: bbc.com)

ilustrasi kantor Google (foto: bbc.com)

law-justice.co - Google dikenal sebagai perusahaan yang dihuni karyawan muda dan gairah kerja cukup tinggi. Karena itu, para pekerja diberi kebebasan berpendapat atau membicarakan pandangannya ke rekan sejawat.

Namun, seperti dikutip dari male, kultur ini akan segera berubah karena aturan baru. Kehadiran aturan ini disebut dapat mengubah kultur perusahaan, setidaknya dalam kebebasan berpendapat.

Aturan baru Google akan mewajibkan setiap karyawannya agar menjaga komunikasi dalam kantor. Maksudnya, karyawan diminta untuk menghindari topik-topik yang dapat menyinggung.

Secara khusus, dalam aturan ini, Google meminta para pekerjanya tidak membicarakan politik saat berada di lingkungan kantor. Hal itu dilakukan agar tidak menimbulkan debat berkepanjangan.

“Tanggung jawab utama kita adalah mengerjakan tugas yang seharusnya dilakukan, bukan menghabiskan waktu dalam debat mengenai topik di luar pekerjaan,” tulis Google pada para karyawannya, mengutip male

Aturan baru ini juga secara khusus melarang karyawan berkomentar negatif soal figur publik. Tidak hanya itu, karyawan juga dilarang membuat pernyataan yang menyakiti atau memalukan rekan kerja hingga rekan bisnis perusahaan.

Google beralasan, aturan tersebut dibuat karena bekerja di tempatnya memiliki tanggung jawab besar.

Sebelumnya, CEO Google, Sundar Pichai, mengingatkan seluruh karyawannya supaya politik jangan sampai menghalangi pekerjaan. Jika itu terjadi, akan ada konsekuensi yang harus dihadapi.

Pichai menegaskan, Google tidak akan membiaskan produknya demi agenda politik apa pun. Dikutip dari Business Insider, hal itu disampaikan Pichai melalui sebuah memo internal kepada para karyawan.

“Kepercayaan para pengguna kami adalah aset terbaik dan kami harus selalu melindunginya. Jika ada Googler (sebutan untuk karyawan Google) yang merusak kepercayaan itu, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka,” tulis Pichai.

Memo Pichai muncul saat perusahaan menjadi sasaran ‘bidikan’ Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan para pendukungnya, di tengah tuduhan bias politik.

Trump sempat mengatakan bahwa Google mengambil keuntungan dari banyak orang dan menuduh perusahaan mencurangi hasil pencarian terhadapnya.

Lebih lanjut, terlepas dari memo Pichai, tekanan terhadap Google terus bertambah. Pasalnya, Gedung Putih dilaporkan sedang mempertimbangkan investigasi antitrust terkait ‘bias platform online’ di Google dan Facebook. Pihak Google belum berkomentar terkait rencana tersebut

(Hidayat G\Editor)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar